Harmoni Misa Inkulturasi di Katedral Tiga Raja, Flobamora Diaspora Mimika Satukan Ragam Budaya dalam Iman

2 weeks ago 31

TIMIKAEXPRESS.id – DI bawah mentari pagi kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, suara gendang berpadu dengan alunan musik organ dan gitar, dilafalkan lagu-lagu dan doa dalam dialek daerah Flobamora.

Gereja Katedral Tiga Raja pada Minggu (28/9) pagi penuh warna.

Pakaian adat, tarian, dan simbol budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) memenuhi altar, bukan sekadar perayaan, melainkan pernyataan identitas dan persaudaraan.

Misa inkulturasi yang digelar umat Katolik Flobamora di Timika ini menghadirkan wajah Indonesia mini.

Flobamora dengan akronim Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu, Lembata, Adonara dan pulau-pulau kecil lainnya adalah miniatur NKRI yang hidup di tanah perantauan.

Setiap pulau membawa bahasa, adat, dan kepercayaan sendiri.

Tetapi di tengah perbedaan itu tumbuh semangat yang sama: persatuan.

Falsafah inilah yang membentuk karakter orang NTT di mana pun mereka berada, baik di kampung halaman maupun di tanah rantau.

Liturgi misa menyatu dengan budaya. Irama gendang, lagu dan pujian dalam dialek, serta tarian adat yang khidmat menciptakan suasana menggetarkan.

Lebih dari sekadar ritual Katolik, misa ini menjadi panggung kebersamaan lintas iman.

Saudara-saudara Muslim dari Flobamora pun hadir, duduk bersama, menegaskan bahwa persaudaraan jauh melampaui sekat agama.

“Inilah wajah Pancasila dalam kehidupan nyata,” kata seorang tokoh Flobamora. “Saling menghormati keyakinan, merayakan keragaman, dan menjunjung persaudaraan”.

Pesan Bung Karno kembali terasa relevan: perjuangan generasi kini bukan lagi mengusir penjajah, tetapi menjaga persatuan bangsa. Sejalan dengan nasihat tokoh besar Maumere, Frans Seda, bahwa perbedaan adalah karunia yang menyatukan, bukan memisahkan.

Di Timika, filosofi itu hidup dalam keseharian. Warga Flobamora tetap mengedepankan kekeluargaan. Dalam suka maupun duka, mereka saling mendukung.

Nilai-nilai Pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, keadilan — bukan konsep asing, tetapi bagian dari falsafah hidup orang NTT.

Ketika masyarakat Flobamora di Timika hidup rukun dengan orang Papua dan bersaudara dengan umat Muslim, kita melihat pancaran Pancasila dari sila pertama hingga kelima, bukan sekadar teori, melainkan praktik nyata.

Misa inkulturasi ini seolah mengajak kita semua: belajar dari Flobamora.

Jangan biarkan politik praktis, ego kelompok, atau perbedaan keyakinan memecah belah.

Selama persatuan dijaga, Indonesia akan tetap kokoh.

Di tanah Papua, jauh dari kampung halaman, masyarakat Flobamora telah membuktikannya dengan cara sederhana namun bermakna: merangkai perbedaan dalam bingkai kebersamaan. (penulis: Gabriel Zezo – Wakil Ketua III IKF Mimika)

Jumlah Pengunjung: 19

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |