TIMIKAEXPRESS.id – Menjelang pelaksanaan Musyawarah Adat (Musdat) Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) di Timika, Ny. Bertha Kum-Beanal, istri pendiri Lemasa, mengenang sejarah penyerahan mandat dari almarhum Tom Beanal kepada putra sulung mereka, Floren Beanal.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat Amungme di tanah Amungsa untuk bersatu dan meninggalkan ‘perpecahan’ dan perbedaan.
Dalam keterangannya kepada awak media di kediamannya, Mile 32 Timika, Rabu (2/9) lalu, Mama Bertha panggilan akrabnya menegaskan bahwa mandat tersebut bukan sekadar ucapan, melainkan dituangkan dalam surat resmi dan disaksikan oleh sejumlah tokoh serta sahabat Tom Beanal.
“Bapak Tom sudah serahkan mandat Lemasa untuk anak tertua kami Floren Beanal. Itu bukan hanya bicara, tetapi ada surat resmi sebelum beliau sakit hingga meninggal dunia,” ungkap Mama Bertha.
Ia mengenang sosok Tom Beanal sebagai seorang pemikir, tokoh gereja, sekaligus penengah dalam berbagai persoalan masyarakat.
“Bapak Tom itu pemikir. Dia tiap hari bawa pena dan menulis di mana saja, bahkan di kebun. Dia juga orang gereja, hatinya selalu untuk semua orang, kawan maupun orang yang tidak dikenal,” kenangnya.
Mama Bertha menceritakan, gagasan pembentukan Lemasa muncul ketika Tom Beanal masih berada di luar Timika. Sesampainya di Timika, ia mulai berdiskusi dengan sejumlah tokoh Amungme dan kerabatnya, berpindah-pindah tempat dari Kwamki Lama, Kwamki Baru, hingga lokasi lainnya.
“Biasa Bapak Tom bawa gula dan kopi lalu ketemu teman-teman untuk urus Lemasa. Dari situlah akhirnya Lemasa lahir,” kisahnya.
Sejak awal, Tom Beanal menggagas Lemasa untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Amungme, terutama terkait perhatian pemerintah dan PT Freeport Indonesia.
“Bapak Thom mau berjuang untuk banyak orang. Orang datang ke Timika harus senang dan berdamai dengan Amungme dan Kamoro, bukan berkelahi seperti sekarang. Paling penting itu bersatu, supaya kita semua bisa hidup baik dan makan bersama,” tuturnya.
Menutup ceritanya, Mama Bertha mengajak semua pihak di Lemasa maupun Lemasko untuk meninggalkan perpecahan dan kembali kepada cita-cita perjuangan Tom Beanal.
“Stop rebut-ribut sudah, kita harus bersatu. Lemasa dan Lemasko harus pikir baik untuk banyak orang. Ingat, Freeport datang karena kita kaya, jadi kita harus dapat sesuatu. Kalau rebut-ribut, tidak ada gunanya,” tandasnya. (*/)
Jumlah Pengunjung: 8