PENGABUAN – Kelompok warga yang terlibat konflik melakukan prosesi pengabuan terhadap korban konflik di Kwamki Narama (FOTO: ISTIMEWA/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Suasana Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (6/12/2025) tampak seperti hari-hari biasa.
Warga tetap beraktivitas, sebagian menuju kebun, sebagian lainnya ke pasar.
Namun, di balik ritme yang terlihat normal itu, duka masih terasa kuat di Kampung Amole, lokasi bentrok dua kelompok warga yang kembali pecah sehari sebelumnya.
Korban dalam bentrokan tersebut kembali bertambah. Hingga Jumat (5/12), tercatat empat orang meninggal dunia.
Dua korban terakhir sebelumnya sempat menjalani perawatan di RSUD Mimika, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir akibat luka panah yang mereka terima.
Kapolsek Kwamki Narama, Ipda Yusak Sawaki, menjelaskan bahwa kedua korban tersebut bernama Tenianus Kiwak dan Doteu Komangal.
“Keduanya dari kelompok pelaku. Mereka sempat mendapat pertolongan, tetapi luka yang dialami sangat parah,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Satu korban terkena panah di bagian dada, sementara satu lainnya terkena di bagian pelipis.
Korban terakhir sempat direncanakan akan dirujuk ke Jayapura untuk menjalani operasi.
Namun, kondisi korban terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia di RSUD Mimika.
Jenazah kedua korban kemudian dibawa kembali ke lokasi bentrok dan dilakukan ritual pembakaran sesuai adat setempat.
Seluruh prosesi mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian untuk memastikan situasi tetap terkendali.
Sebelumnya, satu korban dari kubu pelaku, Iman Kula, juga dilaporkan meninggal dunia pada Kamis pagi setelah terkena panah.
Ia pun telah dimakamkan melalui ritual adat pada sore harinya.
Dari kubu lawan, seorang tokoh agama, Pendeta Melkias Wamang, turut menjadi korban meninggal dalam konflik tersebut.
Meski korban jiwa terus bertambah, Ipda Yusak menyebut kondisi keamanan di luar lokasi bentrok relatif terkendali.
Lokasi pertempuran telah “ditentukan” oleh kedua pihak, sehingga tidak mengganggu aktivitas warga secara umum.
“Untuk aktivitas masyarakat di luar area bentrok masih berjalan seperti biasa,” tuturnya.
Namun di balik pernyataan kondusif itu, kekhawatiran masih menggantung di antara warga.
Sejak Oktober 2025, bentrokan ini telah menyebabkan lebih dari 70 orang luka-luka dari kedua kubu.
Jumlah itu bukan hanya angka, melainkan cerita tentang keluarga yang terluka, anak-anak yang kehilangan rasa aman, dan kampung yang masih mencari jalan damai.
Di tanah yang kaya dan subur ini, masyarakat kini hanya berharap satu hal sederhana: konflik segera berakhir, dan kehidupan kembali pulih tanpa rasa takut. (via)
Jumlah Pengunjung: 21

11 hours ago
6

















































