DAPUR MANDIRI – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Nduga, Rode Nirigi didampingi Ketua 2PAM3 saat meninjau dapur mandiri di kawasan Budi Utomo ujung Timika, Kamis (11/12/2025)
TIMIKA, timikaexpress.id – Pemerintah Kabupaten Nduga melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) bekerjasama dengan (2PAM3) mendirikan dapur mandiri, pada Kamis (11/12/2025).
Pendirian dapur mandiri di kawasan Budi Utomo Ujung, bertujuan untuk melidungi anak-anak Nduga yang mengungsi di Mimika-Papua Tengah, maupun di Wamena, Papua Pegunungan, terbebas dari stunting (gagal tumbuh pada anak).
Program ini merupakan pendampingan bagi keluarga berisiko stunting, khusus anak-anak pengungsian asal Kabupaten Nduga.
Dalam upaya penanganan ini, DP3AP3KAB bekerjasama dengan sejumlah mitra, termasuk lembaga-lembaga sosial yang selama ini memberikan dukungan makanan bergizi, sanitasi, dan kebutuhan dasar lainnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Kabupaten Nduga, Rode Nirigi, menjelaskan bahwa saat ini terdapat sekitar 40 anak dari keluarga berisiko stunting yang berada dalam pendampingan intensif.
Anak-anak tersebut tersebar di beberapa titik pengungsian maupun tinggal bersama keluarga penampung di Timika.
“Kami sangat berterima kasih kepada lembaga 2PAM3, dan pihak-pihak yang peduli pada anak-anak Nduga yang sedang berada dalam pengungsian. Anak-anak ini berasal dari keluarga berisiko stunting, sehingga perhatian kita semua sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Rode menyampaikan bahwa sebelumnya penanganan keluarga berisiko stunting berada di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB, namun tahun ini beralih ke Bappeda.
Meski begitu, pelayanan tetap berkelanjutan.
Ia menegaskan, “motto saya adalah: lebih baik satu keluarga atau satu anak diselamatkan, karena itu berarti seribu siklus kehidupan manusia juga ikut terselamatkan.”
Butuh Dukungan Pangan Bergizi, Air Bersih, dan Hunian Layak
Menurut Rode, pelayanan tidak hanya fokus pada makanan bergizi, tetapi juga pemenuhan kebutuhan dasar lain seperti air bersih, sanitasi sehat, dan tempat tinggal yang layak.
“Setiap kali kami turun melakukan pendampingan, kami lihat bahwa anak-anak ini membutuhkan makanan bergizi, air bersih, sanitasi yang layak, dan rumah yang nyaman. Ketika kebutuhan dasar ini terpenuhi, pertumbuhan anak lebih baik dan keluarga juga lebih sehat,” jelasnya.
Perubahan Pola Bantuan
Rode mengungkapkan evaluasi lapangan menunjukkan bahwa bantuan makanan jadi tidak sepenuhnya efektif.
“Bulan pertama kami memberikan makanan jadi, tapi ketika dievaluasi, berat badan anak-anak tidak naik. Setelah kami telusuri, ternyata makanan itu dimakan bersama seluruh anggota keluarga. Ada rumah yang memiliki lima balita, sementara bantuan hanya fokus pada satu anak karena stunting,” katanya.
Untuk itu, pola bantuan diubah menjadi bahan makanan mentah untuk kebutuhan satu minggu, agar seluruh keluarga dapat ikut terjamin asupan makanannya.
Biaya Tinggi, Dukungan Mitra Sangat Dibutuhkan
Rode menyebutkan bahwa kebutuhan biaya untuk satu anak cukup besar.
“Satu anak membutuhkan sekitar Rp2 juta per bulan. Dari 20 anak saja, totalnya mencapai Rp144 juta per bulan, bahkan Pak Menteri sampai kaget, tapi itulah kondisi harga bahan makanan di sini,” tegasnya.
Meski tantangan cukup berat, Rode mengapresiasi dukungan para mitra sosial yang ikut membantu sejak awal terjadinya situasi pengungsian.

“Kami sangat berterima kasih karena sampai hari ini bantuan dari yayasan-yayasan dan pemerhati anak terus berjalan. Itu sangat membantu kami,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Rode pun menemui langsung ibu-ibu dan anak-anak pengungsi, serta berbincang dengan mereka terkait kondisi.
Saat itu, Lina Wandikbo, salah satu pengungsi mengaku cukup terkendala dalam pengurusan Administrasi Kependudukan, dimana ketika sakit mereka kesulitan akses untuk berobat, dan hanya berharap dari keluarga dimana mereka menumpag.
“Anak-anak kami juga sulit untuk sekolah. Kami harap kendala yang kami hadapi bisa ditindaklanjuti,” ujar Lina dengan bahasa Nduga.
Sementara Antonius Rahabav, Ketua 2PAM3, mengharapkan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat akan sanitasi, air bersih, rumah layak huni, serta akses pendidikan bagi anak-anak usia sekolah di pengungsian.
Dukungan ini agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang secara baik, sebelum nanti mereka kembali ke dusun mereka. (vis)
Jumlah Pengunjung: 23

2 days ago
14

















































