PEMAIN TERBAIK – Dolvi Solossa dinobatkan sebagai Pemain Terbaik pada Piala Soeratin U-15 di Stadion Gajayana, Malang (FOTO:ISTIMEWA-PFA)
MALANG, TIMIKAEXPRESS.id – Papua Football Academy (PFA) Batch 2 harus mengakui keunggulan SSB Bimba Aiueo Jakarta dengan skor 1-2 pada laga final Piala Soeratin U-15 di Stadion Gajayana, Malang, 17 September 2025.
Meski kalah, tim muda kelahiran 2010 itu pulang dengan kebanggaan dan pelajaran berharga bagi masa depan sepak bola Papua.
Salah satu kebanggaan lahir dari Dolvi Solossa yang dinobatkan sebagai Pemain Terbaik (Best Player) turnamen.
Gelar ini menjadi simbol nyata bahwa Papua adalah gudang talenta sepak bola nasional.
Meski perjalanan PFA Batch 2 di Piala Soeratin 2025 telah berakhir, dukungan penuh dari PT Freeport Indonesia memastikan akademi ini terus konsisten pada misinya, bukan hanya mencetak pesepakbola terampil, tetapi juga membangun generasi Papua yang tangguh, berintegritas, dan siap berkontribusi positif bagi bangsa.
Pertandingan yang berlangsung ketat ini tak hanya menyuguhkan drama di lapangan, tetapi juga nilai sportivitas.
Usai peluit akhir, para pemain PFA membentuk formasi guard of honor untuk memberi jalan dan penghormatan kepada lawan menuju podium juara.
Gestur tersebut mendapat apresiasi penonton sebagai bukti pembinaan karakter unggul di PFA.
Dukungan luar biasa mengalir dari masyarakat Papua yang memenuhi tribun stadion.
Alumni PFA angkatan sebelumnya, mahasiswa, serta warga Papua di Malang menyatu memberi semangat.
Stadion Gajayana seketika menjadi kantong semangat Papua yang penuh kebanggaan dan solidaritas.
Mantan pemain Persiram Raja Ampat, Yakob Rumabar, yang turut hadir menyampaikan kebanggaannya.
“Melihat anak-anak Papua tampil di final di Jawa adalah pencapaian besar. Ini membuktikan bahwa dengan kerja keras dan dukungan, talenta Papua bisa bersaing di level tertinggi. Saya yakin dari sini akan lahir Boaz Salossa baru,” katanya.
Pelatih Kepala PFA Ardiles Rumbiak juga memilih melihat sisi positif pencapaian ini.
“Anak-anak sudah memberikan segalanya, tidak hanya di turnamen ini tetapi juga saat menjuarai Garuda International Cup. Tuhan belum berkehendak untuk trofi, tetapi memberikan pelajaran berharga untuk bekal masa depan mereka,” ujarnya.
Ardiles menekankan, “Puluhan tahun Papua menunggu kembali lagunya dimainkan di final Piala Soeratin. Hari ini kami menciptakan sejarah baru. Ini awal, bukan akhir,” ujarnya. (*/)
Jumlah Pengunjung: 41