Ketika Internet Mati, Kehidupan Ikut Terganggu: Warga Merauke Turun ke Jalan

2 months ago 55

BAKAR BAN – Massa aksi membakar ban bekas di depan kantor Telkom Merauke sebagai luapan emosi atas terganggunya jaringan internet di wilayah tersebut, Kamis (21/8) (FOTO: IST/TIMEX)

MERAUKE,TIMIKAEXPRESS.id – Pukul sepuluh pagi di Tugu Libra, Kamis (21/8/2025), ratusan warga Merauke, Papua Selatan mulai berkumpul.

Ada mahasiswa, pengemudi Gojek, hingga pelaku usaha.

Wajah-wajah mereka terlihat geram, bukan karena harga naik atau bahan bakar langka, melainkan karena satu hal yang kerap dianggap sepele, yakni jaringan internet yang buruk.

Dari Tugu Libra, massa bergerak menuju Kantor Telkom di Jalan Postel.

Suara teriakan bercampur dengan dentuman alat pengeras, spanduk dikibarkan, langkah kaki berjalan beriringan.

Mereka sepakat, sudah cukup bersabar dengan layanan internet yang sering mati dan lelet.

Terganggu di Semua Lini Kehidupan

Sejak 2018, gangguan jaringan Telkom di Merauke selalu berulang. Di kampus, mahasiswa kesulitan mengakses bahan ajar daring.

“Tugas kuliah saja harus kirim tengah malam, itupun kadang gagal,” keluh seorang mahasiswa sambil mengepalkan tangannya.

Di Jalanan, Driver Gojek Juga Ikut Merasakan Dampaknya

Aplikasi yang mereka gunakan untuk menerima order sering tidak bisa diakses.

“Kalau internet mati, kami tidak bisa kerja. Bagaimana bisa dapat penghasilan?” ujar Andi, salah seorang pengemudi ojek online.

Sementara itu, pelaku usaha mengaku kerugian tidak sedikit.

Transaksi digital terhambat, komunikasi dengan pelanggan putus-putus.

“Kami rugi banyak, padahal semua sekarang serba online. Tanpa internet, usaha kami bisa mati,” kata seorang pengusaha muda.

Aksi Memanas, Kantor Telkom jadi Sasaran

Geram dengan kondisi itu, massa akhirnya meluapkan emosi di depan Kantor Telkom.

Lemparan batu membuat kaca pecah, dan sempat ada percobaan pembakaran gedung.

Situasi yang nyaris tak terkendali itu segera dihadang aparat Kepolisian Resort Merauke.

Polisi sigap menenangkan massa agar kericuhan tidak berlanjut.

Ultimatum: 1 X 24 Jam

Di hadapan kantor yang dijaga ketat aparat, pimpinan aksi menyampaikan ultimatum keras: Telkom diberi waktu 1×24 jam untuk memperbaiki jaringan.

Jika tidak, aksi akan kembali digelar dengan jumlah massa yang lebih besar.

Lebih dari Sekadar Layanan Internet

Aksi di Merauke hari itu bukan sekadar protes layanan telekomunikasi.

Ia adalah cerminan betapa internet kini menjadi kebutuhan pokok masyarakat—sama pentingnya dengan listrik dan air bersih.

Tanpa jaringan yang stabil, pendidikan terganggu, roda ekonomi tersendat, dan kehidupan sosial lumpuh.

“Internet bukan lagi barang mewah. Ia sudah jadi urat nadi kehidupan,” kata salah seorang orator sebelum massa membubarkan diri.

Masyarakat Merauke kini menanti, apakah tuntutan mereka akan dijawab oleh Telkom, ataukah mereka harus kembali turun ke jalan dengan suara yang lebih lantang. (*/)

Jumlah Pengunjung: 5

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |