Jeritan ATM yang Tak Terdengar, Lika-liku Cinta Jarak Jauh Berujung Maut

3 days ago 13

GANTUNG DIRI– Tampak korban ATM saat ditemukan gantung diri di Jalan Moses Yawa, Kelurahan Sempan, Minggu (7/9) (FOTO: IST/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Di banyak daerah, termasuk Mimika, berbicara tentang kesehatan mental sering dianggap tabu.

Konsultasi ke psikolog atau psikiater masih dilabeli sebagai “lemah” atau “tidak waras”.

Padahal, menurut ahli, dukungan psikososial justru sangat penting mencegah tragedi seperti yang dialami ATM, seorang pemuda yang tinggal di Kelurahan Sempan,Mimika-Papua Tengah. Berikut kisahnya.

WARGA Kelurahan Sempan, Distrik Mimika Baru, dikejutkan oleh kabar tragis pada Minggu (7/9) sekitar pukul 02.40 WIT.

Seorang pria berusia 29 tahun, berinisial ATM, ditemukan tak bernyawa di rumahnya, Jalan Moses Yawa.

Ia memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri, diduga setelah cekcok dengan kekasihnya yang tinggal jauh di Dobo.

Kronologi yang disampaikan saksi mengisahkan detik-detik penuh ketegangan.

Malam itu, ATM meminjam ponsel temannya untuk menelpon sang kekasih.

Suaranya meninggi, nada emosional terdengar jelas.

Benda-benda dipukul dalam kamar, pertanda amarah yang tak terbendung.

Hingga akhirnya, percakapan itu menjadi yang terakhir.

Lika-liku cinta jarak jauh berujung maut.

Ketika pintu rumah didobrak oleh Poli Malirafin selaku saksi, suasana hening menyergap.

Jeritan tak terdengar, ATM sudah tak bergerak, tubuhnya tergantung di balik kamar yang baru saja menjadi saksi pertengkaran jarak jauh.

Bagi keluarga dan sahabat, peristiwa ini meninggalkan luka mendalam.

Namun lebih jauh, kisah ATM adalah potret nyata tentang betapa rapuhnya manusia ketika perasaan cinta bercampur dengan emosi, tekanan, dan kesepian.

Di era digital, hubungan jarak jauh sering hanya bertumpu pada suara di telepon atau pesan singkat.

Saat konflik muncul, ruang untuk memeluk, merangkul, dan menenangkan seringkali tak ada.

Yang tersisa hanyalah kata-kata yang bisa melukai lebih dalam daripada yang kita kira.

Peristiwa ini seakan mengingatkan bahwa setiap orang membutuhkan ruang aman untuk berbicara, bercerita, dan didengarkan.

Bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Dan bahwa dalam cinta, komunikasi adalah jembatan, bukan jurang.

Tragedi di Kelurahan Sempan bukan sekadar berita kriminal.

Ia adalah alarm kemanusiaan, betapa pentingnya kehadiran, perhatian, dan kasih sayang di tengah orang-orang terdekat kita.

Sebab, kadang luka terbesar justru tersembunyi di balik senyum dan kata “baik-baik saja”.

Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, membenarkan kejadian tragis itu.

“Jenazah korban telah dievakuasi ke RSUD Mimika,” ujarnya.

Sementara Tim Inafis Satreskrim Polres Mimika tiba di lokasi sekitar pukul 03.20 WIT langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). (via)

Jumlah Pengunjung: 10

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |