Dari Mbitoro hingga Anyaman, Mobil Hias Dekranasda jadi Panggung Budaya Mimika

2 months ago 52

DEKRANASDA – Mobil hias Dekranasda Mimika dengan sentuhan budaya Amungme dan Kamoro saat mengikuti Karnaval Mobil Hias HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Timika, Selasa (18/8) (FOTO: ISTIMEWA/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Di tengah hiruk pikuk karnaval mobil hias HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Timika, sebuah truk yang penuh ornamen tradisional mencuri perhatian.

Mobil itu milik Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Mimika, yang untuk pertama kalinya ikut serta dalam karnaval sejak resmi dilantik oleh Bupati Mimika.

Dari kejauhan, tampak gagah Burung Garuda Pancasila di bagian depan mobil.

Diapit dua bendera Merah Putih dan sepasang patung Mbitoro, simbol leluhur Kamoro yang sarat makna.

Sisi samping mobil tak kalah menarik, dihiasi hasil kerajinan tangan masyarakat Amungme dan Kamoro—ukiran kayu, anyaman, hingga pernak-pernik etnik yang sarat filosofi.

“Tema kami Galeri Mini Dekranasda. Kami ingin masyarakat tahu bahwa pengrajin Mimika punya karya yang bisa bersaing, modern tapi tidak meninggalkan akar budaya,” ujar Nurihfa Karupukaro, Ketua Bidang Kreasi dan Daya Saing Produk Dekranasda Mimika, sambil tersenyum bangga.

Para pengurus dan anggota yang duduk di atas mobil tampil anggun dengan busana tradisional yang dimodifikasi secara artistik.

Mereka tak hanya berparade, tetapi juga menjadi duta budaya—membawa pesan bahwa kerajinan lokal adalah bagian dari identitas dan kebanggaan bersama.

Bupati Mimika Johannes Rettob menyebut karnaval ini bukan sekadar parade kendaraan, melainkan simbol persatuan dan ruang ekspresi bagi semua.

“Mimika adalah rumah kita bersama. Karnaval ini jadi panggung kebersamaan dan bukti kita bisa memelihara identitas sekaligus membangun daerah,” ujarnya saat melepas peserta.

Karnaval sendiri diikuti 46 mobil hias dengan rute panjang dari Kantor Pusat Pemerintahan hingga Bundaran Eme Neme Yauware.

Ribuan warga berjejer di sepanjang jalan, menyambut peserta dengan tepuk tangan dan sorak sorai.

Bagi Dekranasda Mimika, pengalaman ini lebih dari sekadar ikut lomba.

Ia adalah panggung untuk memperkenalkan wajah kerajinan Mimika ke publik.

“Kami ingin pengrajin lokal percaya diri, berani berinovasi, dan yakin bahwa karya mereka bisa tampil bukan hanya di Mimika, tapi juga di kancah nasional bahkan internasional,” kata Nurihfa.

Di balik mobil hias penuh warna itu, tersimpan harapan: agar Amungme dan Kamoro, dua suku besar di Mimika, terus menjadi sumber inspirasi yang menyatukan masyarakat.

Karnaval pun tak hanya berakhir di Bundaran Eme Neme Yauware, tetapi juga tertanam dalam ingatan warga sebagai perayaan budaya, kreativitas, dan persaudaraan. (*/)

Jumlah Pengunjung: 3

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |