Hati yang Bersinar di Era Mesin: Kisah Dokter Muda Berdarah Kamoro, Thalia Karupukaro

5 hours ago 3

JAKARTA, TIMIKAEXPRESS.id – Di tengah hiruk pikuk ibu kota, Aula Klara Asisi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unika Atma Jaya Jakarta, Selasa (4/11/2025), menjadi saksi lahirnya 23 dokter muda yang mengucapkan sumpah profesi.

Upacara bertema In Corde Lux, In Manibus Cura—“Hati yang bersinar dan tangan yang menyembuhkan dengan kepedulian”—menjadi momentum reflektif bagi dunia kedokteran di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Dekan FKIK, dr. Felicia Kurniawan, dalam sambutannya menekankan bahwa tantangan terbesar profesi dokter kini bukan lagi sekadar penyakit, tetapi perubahan lanskap klinis akibat kemajuan AI.

“Di tengah perubahan ini, kalian dituntut untuk terus belajar. Namun ada satu hal yang tidak boleh berubah: hati kalian yang tulus untuk melayani,” ujarnya.

Felicia menegaskan, dokter tidak perlu bersaing dengan mesin, tetapi harus menjalin kolaborasi yang bijak, berlandaskan empati dan etika. “AI unggul dalam data, namun dokter harus unggul dalam kemanusiaan,” tambahnya.

Cahaya Harapan dari Mimika

Di antara para dokter muda itu, ada sosok yang mencuri perhatian: dr. Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro, putri berdarah Kamoro dari Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Thalia kini resmi menjadi dokter kedua dari sukunya, menyusul drg. Priska Maria Poana.

Perjalanan Thalia menjadi dokter tidak mudah. Ia menempuh studi dengan dukungan penuh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), lembaga pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI).

Motivasinya sederhana namun kuat—mengubah pengalaman masa kecilnya yang sulit mendapatkan layanan kesehatan di kampung halaman menjadi semangat untuk kembali dan membangun.

“Untuk teman-teman generasi Papua, jangan takut bermimpi besar. Semua bisa diraih kalau ada tekad dan semangat,” pesan Thalia.

Ia berencana melanjutkan studi ke spesialis THT, bidang yang menurutnya sangat dibutuhkan di daerah asalnya.

Tongkat Estafet dan Visi Kualitas

Kebanggaan bukan hanya milik Thalia dan keluarganya, tetapi juga YPMAK yang telah mendukungnya sejak awal pendidikan.

Ketua Pengurus YPMAK, Dr. Leonardus Tumuka—doktor pertama dari Suku Kamoro—mengaku terharu menyaksikan tongkat estafet perjuangan itu diteruskan oleh generasi baru.

“Fokus kami sekarang adalah kualitas. Anak-anak Amungme dan Kamoro harus menyelesaikan studi tepat waktu, agar bisa kembali membangun daerah,” ujar Leonardus.

Menurutnya, keberhasilan Thalia dan tiga dokter sebelumnya merupakan hasil kolaborasi panjang antara YPMAK dan Yayasan Binterbusih sebagai mitra pengelola beasiswa.
“Masih banyak adik-adik yang menunggu. Selesaikan studi, karena Tanah Papua menanti baktimu,” pesannya.

Senada, Ferry Magai Uamang, Wakil Ketua Pengurus YPMAK Bidang Program, menegaskan bahwa pendidikan anak-anak Amungme dan Kamoro diarahkan pada jurusan strategis yang dibutuhkan dunia kerja, seperti kedokteran, IT, dan teknik pertambangan. Tujuannya: mencegah munculnya “pengangguran intelektual.”

Investasi untuk Masa Depan Papua

Upacara sumpah dokter itu turut dihadiri oleh Enggel Enock, Ketua Pembina YPMAK mewakili donatur PT Freeport Indonesia, serta Paulus Sudiyo, Ketua Pembina Yayasan Binterbusih.

Kehadiran mereka menegaskan bahwa pendidikan putra-putri Papua bukan sekadar tanggung jawab individu, melainkan investasi kolektif lintas lembaga—dari pendidikan formal, pendampingan spiritual, hingga dukungan administratif.

Di bawah cahaya simbolis sumpah profesi, dr. Thalia Karupukaro kini melangkah membawa harapan dari Jakarta ke Papua. Ia menjadi bukti bahwa dengan tekad, dukungan, dan pendidikan yang tepat, putra-putri Papua mampu menjembatani kesenjangan pelayanan kesehatan.

Dan seperti moto upacara itu, hatinya tetap bersinar—menjadi penerang di era kecerdasan buatan. (*/jim)

Jumlah Pengunjung: 47

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |