CIUM SALIB – Umat Katolik mengikuti prosesi penghormatan pada perayaan Misa Jumat Agung dengan mencium salib di depan altar Gereja Katedral Tiga Raja Timika pada Jumat (18/4/2025) (FOTO: MAURITS/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Ribuan umat Paroki Katedral Tiga Raja Timikla, mengikti ritual penghormatan (kuncup) dengan mencium salib pada peringatan Jumat Agung pada Jumat (18/4/2025).
Umat secara tertib maju satu per satu untuk mengecup bagian kaki salib yang telah disediakan di gereja.
Sebelum mencium salib, umat mendengarkan kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus yang dibacakan perwakilan umat.
Ribuan umat yang sebagian besar mengenakan pakaian hitam terlihat mengikuti misa dengan khusuk dan penuh khidmat.
Uskup Terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA dalam khotbahnya saat memimpin misa Jumat Agung, mengutip tema permenungan tentang penderitaan Allah yang ditulis oleh Pastor Kitamori Kasoh, seorang teolog dan tokoh pasca Perang Dunia II.
Pastor Kitamori dalam permenungannya, dia menulis, ‘’Allah adalah kasih, kasihnya tercurah, menyebar, menjiwai semua manusia, tetapi dosa membendung kasih Allah.
Kejahatan manusia menghalaukan cinta kasih Allah. Penderitaan Allah adalah kasih yang mengatasi kemarahan-Nya, dan hukuman-Nya kepada kita manusia dengan belas kasih-Nya.
Kasih adalah penderitaan Bapa yang menyertai puteranya, diserahkan-Nya menderita di kayu salib’’.
Tulisan ini menjadi bahan refleksi, spiritualitas akan kenanganan 2000 tahun yang lalu, tapi masih aktual dalam kehidupan kita hari ini.
Salib adalah penderitaan, kehinaan, kesakitan, yang dipadang oleh kita manusia, bahkan kita manusia cenderung menghalaunya atau menghindari, tapi bagi Allah, salib adalah kebijaksanaan Allah.
‘’Seperti yang ditulis oleh Paus Fransiskus, salib bukanlah penghinaan, salib bukanlah penderitaan, tapi salib adalah cinta yang utuh, sempurna, cinta yang total dari Allah kepada kita manusia, yang cenderung mencari kegelapan, hidup dalam kegelapan, dan kita manusia cenderung memilih kejahatan dari pada memilih kasih,’’ ujarnya.
Oleh karena itu, spiritualitas, memorial pasionis pantas terus-menerus kita renungkan dalam hidup kita, dalam setiap peristiwa dan langkah hidup kita.
Di sekitar kita banyak persoalan yang kita hadapi, karenanya salib tidak hanya diri kita sendiri yang memikul, tapi Tuhan Yesus berharap partisipasi dalam salib bersama, salib sistem sosial yang menindas yang tidak adil, yang merampas hak-hak sesama yang lain.
Dan salib menuntut kita memperjuangkan keadilan kebenaran, keutuhan ciptaan dan ekologi.
Salib juga menuntut kita berani bersuara, mewakili mereka yang tertindas, teraniaya, yang hak-haknya dirampas.
Ignacio Ellacuría, seorang teolog pembebasan dari El Salvado, juga menulis sebuah refleksi situasi di Amerika Latin, tentang rakyat yang tersalib oleh sistem kapitalisme, sistem yang penuh dengan penindasan, ekonomi dunia global yang penuh penipuan.
‘’Dari tulisan Ignacio Ellacuría seorang misionaris Ordo Jesuit, juga menggambarkan situasi aktual seperti kita di Papua sata ini, dimana banyak krisis yang terjadi di sekitar kita, krisis ketidakadilan dan krisis kemanusiaan.
‘’Sudah 60-an tahun konflik bersenjata terjadi di Papua terus terjadi, karena kepentingan investasi, eksploitasi sumber daya alam di tanah Papua. Banyak pihak kolaborasi terus melanggengkan kejahatan, sehingga masyarakat adat yang punya tanah adat jadi korban. Mereka banyak hilang nyawanya, hutannya di ambil dengan alasan pembangunan. Seperti yang terjadi di Merauke, 2 juta hektare tanah masyarakat adat dicaplok demi alasan pembangunan. Masyarakat dalam waktu sekejap kehilangan hak hidupnya,kehilangan budaya dan spiritualitas hidup mereka, bahkan kepercayaan alam. Ribuan spesies dalam sekejap akan habis. Apakah kita orang katolik berani bersuara. Apakah kita orang kristiani yang merayakan Paskah ini hanya seremonial. Apakah kita berani bersuara seperti Yesus walaupun dia diadili dengan tidak adil, walaupun dijatuhi hukuman yang penuh dengan rekayasa,’’ serunya.
Tapi, sebagai orang kristen, Mgr. Bernardus meneguhkan kita harus berani memikul salib, kalau tidak, kita adalah Yudas-Yudas yang ikut dalam penyaliban Tuhan Yesus.
Ia pun mengajak umat untuk mendoakan 80 ribu pengungsi yang masih berada di tempat-tempat pengungaian di seluruh tanah Papua karena konflik investasi, konflik militer, konflik antara militer dengan TPN-PB.
Kita harus banyak berdoa agar terjadi dialog untuk penyelesaian konflik kejahatan dengan menghadirkan kedaiaman di tanah Papua ini.
Kita adalah manusia bermartabat, manusia citra Allah, I Mako Dei, bukan manusia yang direkayasa oleh kepentingan-kepentingan dunia, kepentingan oligarki dan penguasa.
‘’Kita berdoa semoga Paskah tahun ini sungguh-sungguh membawa harapan baru ke depan, harapan bagi masyarakat kita yang ada di seluruh wilayah tanah Papua ini, agar mereka dari hari ke hari tidak dibunuh dan dirampas hak-hak dan martabat hidup mereka,’’ pesannya. (vis)
Jumlah Pengunjung: 29