Balai POM Tak Temukan Takjil Mengandung Bahan Berbahaya di Manokwari

4 days ago 20

PERIKSA– Petugas Balai POM Manokwari saat melakukan pemeriksaan terhadap sampel takjil yang dijual di Jalan Trikora, Wosi, Manokwari, Rabu (26/3/2025) (ANTARA/Ali Nur Ichsan)

MANOKWARI,TIMIKAEXPRESS.id – Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) Manokwari, Papua Barat, tidak menemukan takjil yang mengandung bahan berbahaya di Kabupaten Manokwari.

Kepala Balai POM Manokwari Agustince Werimon di Manokwari, Rabu, mengatakan pihaknya telah melakukan pengawasan takjil selama empat minggu di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, dan Teluk Bintuni.

 “Hari ini hari terakhir kami melakukan pengawasan takjil di Kabupaten Manokwari untuk tahap kelima. Setelah kami periksa 50 sampel makanan takjil dan tidak menemukan zat bahan berbahaya,” ujarnya.

Dalam melakukan pengawasan takjil di ketiga kabupaten tersebut total pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 231 sampel makanan takjil.

Dengan menggunakan laboratorium keliling Balai POM, pihaknya memeriksa kandungan zat berbahaya dalam takjil, seperti Rhodamin B atau zat pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya dalam makanan.

Selain itu juga pihaknya memeriksa kandungan boraks, formalin, serta metanil yellow atau pewarna sintetis berwarna kuning yang digunakan dalam industri tekstil, cat, dan kosmetik.

Dari 231 sampel yang diperiksa tersebut, kata dia, pihaknya menemukan satu pedagang es pisang ijo di Kabupaten Manokwari Selatan yang menggunakan Rhodamin B.

“Temuan kandungan zat berbahaya di takjil tahun ini menurun dibanding tahun kemarin. Dimana tahun kemarin kami menemukan dua pedagang yang menggunakan Rhodamin B, sedangkan tahun ini hanya satu,” ujarnya.

Ia mengatakan pedagang yang kedapatan menggunakan Rhodamin B tersebut langsung diberi pembinaan, apalagi pedagang tersebut baru pertama kali kedapatan menggunakan zat berbahaya.

Pembinaan dilakukan dengan wawancara dan pemberian sosialisasi terkait penggunaan bahan berbahaya.

“Kadang pedagang menggunakan bahan berbahaya karena tidak tahu. Dia hanya membuat dagangan dari resep turun temurun, sehingga tidak tahu kandungan zat berbahaya. Pedagang yang baru pertama kali ditemukan gunakan zat berbahaya harus dibina dulu,” ujarnya.

Untuk antisipasi mengulangi penggunaan zat berbahaya, pihaknya langsung memeriksa lokasi pedagang takjil yang pernah kedapatan tahun sebelumnya.

“Pedagang tahun lalu yang sudah kita bina, tahun ini tidak lagi menggunakan bahan berbahaya tersebut,” katanya.(ant)a

Jumlah Pengunjung: 53

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |