BLUD Puskesmas Mapurujaya Gencarkan Inovasi Menetas TB

12 hours ago 5

TERAPKAN – Petugas BLUD Puskesmas Mapurjaya saat menerapkan inovasi Gercep Menetas TB kepada masyarakat (FOTO: IST/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.id – Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas Mapurujaya gencar menerapkan inovasi “Gerak Cepat Menemukan dan Memberantas Tuberkolosis” (Gercep Menetas TB) kepada masyarakat di wilayah Distrik Mimika Timur, Mimika-Papua Tengah.

Inovasi Gercep Menetas TB tersebut mulai diterapkan pada Bulan Mei hingga Juli 2025 berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Dalam ketentuan Pasal 152 dan 153 dari undang-undang tersebut menerangkan kewajiban pemerintah dan masyarakat dalam pencegahan serta pengendalian penyakit menular termasuk TBC.

Hal ini pun tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2023 tentang Percepatan Eliminasi Tuberkolosis.

Kepala BLUD Puskesmas Mapurjaya, Onna Bunga kepada Timika eXpress, Jumat mengatakan bahwa penanggulangan penyakit TBC (Tuberkolosis) di Papua Tengah memiliki beberapa kendala.

Adapun kendala yang dihadapi yaitu akses layanan belum merata di daerah terpencil, tertinggal dan kepulauan yang masih kesulitan dalam akses diagnosis dan pengobatan TBC, terutama TBC resistan obat (TB RO), dan juga stigma social, dan kurangnya kesadaran masyarakat.

“Jadi, ada banyak penderita TBC enggan memeriksakan diri atau minum obat karena takut dikucilkan, sehinnga penularannya masih akan terus terjadi,” ujarnya.

Onna Bunga menyebut bahwa pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal 6 bulan.

“Tapi pada kenyataannya masih banyak pasien berhenti mengkonsumsi obat secara rutin sebelum sembuh total, sehingga beresiko menimbulkan TBC RO (resistan obat),” ujarnya.

Selain itu, ada pula pembiayaan dan pendanaan yang terbatas, meskipun ada dukungan dari pemerintah dan donor global seperti Global Fund (GF).

“Dalam penanggulangan TBC membutuhkan kerja sama lintas sektor (kesehatan, pendidikan, sosial, dll). Namun, sinerginya belum maksimal,” jelasnya.

Masalah Tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Mapurujaya, lanjut Onna mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan penyakit menular.

Pasalnya, temuan kasus TBC sering kali dilakukan secara pasif, yaitu hanya menunggu pasien datang ke fasilitas kesehatan, sehingga menyebabkan penularan yang lebih luas.

Apalagi kurangnya pengawasan terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan, juga menjadi masalah, karena Pengawasan Menelan Obat (PMO) sering kali tidak optimal.

“BLUD Puskesmas Mapurujaya menghadapi masalah dalam hal aksesibilitas seperti keterbatasan pasien untuk mengakses fasilitas diakibatkan oleh faktor ekonomi dan jarak tempuh, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC menyebabkan banyak kasus tidak terdeteksi,” ungkapnya.

Selain itu, kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan promosi kesehatan dan pengawasan pengobatan pun masih menjadi tantangan besar.

“Selama ini banyak sekali aspek yang kami temukan, tapi tidak bisa dibilang TB, karena harus melalui pemeriksaan dahak terlebih dulu. Apabila dahaknya positif, maka dinyatakan pasien positif TB,” pungkasnya. (via)

Jumlah Pengunjung: 26

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |