TIMIKA, timikaexpress.id – Musyawarah Adat Daerah (Musdat) Lembaga Masyarakat Hukum Adat (LMHA) Kamoro/Mimika Wee resmi digelar di Gedung Tongkonan, Rabu (3/12/2025).
MUsdat LMHA ini untuk membentuk kepengurusan baru periode 2025–2030 sekaligus memperkuat perlindungan hak-hak masyarakat adat.
Prosesi diawali ritual adat penjemputan Pj. Sekda Mimika Abraham Kateyau di gerbang utama Gedung Tongkonan.
Abraham Kateyau didampingi Ketua Panitia Musdat LMHA, Plasidus Natipia, membuka pelepah daun kelapa, dan diikuti hamburan bubuk sagu dari penari yang menjemput dan mengarak kedatangan utusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, yang juga putra Kamoro.
Musdat hari pertama kemarin dihadiri sejumlah tokoh Kamoro/Mimika Wee, di antaranya Pendiri LMHA Kamoro/Mimika Wee Philipus Monaweyauw, Yance Boyau, Hendrikus Atapemame, Plasidus Natipia, Damianus Samin, Edward Omeyaro, serta tokoh adat, dan ratusan bahkan ribuan masyarakat Suku Kamoro.
Philipus Monaweyauw pada kesempatan itu menegaskan pentingnya keberadaan lembaga adat di tengah adanya indikasi perampasan wilayah, baik di darat maupun di laut, serta menjaga harkat serta martabat masyarakat adat Kamoro, khususnya dalam mempertahankan tapal batas wilayah Mimika.
Menurutnya, generasi muda Kamoro harus memahami dan menjaga hak-hak adat agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.
“Musdat ini penting agar masyarakat adat tetap mengetahui dan mempertahankan hak-haknya,” ujarnya.
Tak lupa Philipus menyampaikan rasa syukurnya kepada Tuhan atas dukungan pemerintah terhadap kegiatan ini.
Ia mengungkapkan, di usianya yang lanjut, pembentukan LMHA menjadi warisan berharga yang ingin ditinggalkannya bagi generasi Kamoro. “Kita sayang manusia Kamoro,” ujarnya.
Sementara itu, Pj Sekda Mimika Abraham Kateyau menyampaikan bahwa musyawarah ini bukan sekadar memilih pengurus, tetapi juga menjadi momentum meneguhkan jati diri, memperkuat solidaritas, serta menjaga keberlanjutan budaya Kamoro/Mimika Wee.
Pemerintah daerah, kata dia, berkomitmen mendukung kelembagaan adat sebagai mitra strategis pembangunan.
“Keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari infrastruktur, tetapi juga dari kemampuan menjaga identitas budaya dan melindungi ulayat dan hak-hak masyarakat adat di tengah perubahan zaman.
Ia menambahkan, pemerintah daerah menegaskan komitmennya mendukung kelembagaan adat sebagai mitra strategis pembangunan, dengan memastikan masyarakat adat menjadi subjek, bukan objek.
Melalui lembaga adat periode 2025–2030, diharapkan lahir kepemimpinan yang amanah, mengayomi seluruh keret dan marga, serta mampu menjembatani kepentingan masyarakat adat dan pemerintah.
“Juga tentang nilai budaya, nilai Ipere, Pimako, dan kearifan leluhur harus terus dijaga agar tetap hidup bagi generasi mendatang,” tandasnya.
Selanjutnya, Ketua Panitia Pelaksanana Musdat, Plasidus Natipia menjelaskan, proses pemilihan melibatkan sekitar 700–800 perwakilan dari 74 kampung, dari wilayah Wacakam hingga Waripi.
Tercatat enam bakal calon yang maju sebagai kandidat Ketua LMHA Kamoro, yaitu Yohanis Yance Boyau, Fredy Sony Atiamona, Edward Yulianus Omeyaro, Hendrikus Atapemame, Damianus Samin, dan Plasidus Natipia..
Ia menambahkan, syarat utama calon ketua adalah merupakan orang Kamoro asli, yaitu ayah dan ibu berasal dari suku Kamoro.
Sosok terpilih diharapkan mampu mengayomi seluruh masyarakat dan menjaga nilai-nilai budaya adat.
“Keputusan sepenuhnya berada di tangan masyarakat adat. Siapa yang memperoleh suara terbanyak, itulah yang akan menjadi Ketua LMHA Kamoro,” jelas Plasidus.
Selajutnya, Koordinator Umum Musdat LMHA, Yohanes Yance Boyau mewakili tokoh adat Suku Kamoro, menekankan pentingnya komitmen bersama dalam menyukseskan pembentukan LMHA.
Menurutnya, peran lembaga ini akan jauh lebih besar dibandingkan Lemasko yang dibentuk pada 1996 silam.
“Kami buat untuk kepentingan anak cucu. Mari kita dukung acara ini,” katanya, seraya mengajak semua pihak menjaga keamanan selama proses berlangsung.
Dua pernyataan penutup disampaikan oleh Agustinus Wauketeyau dan Elisabeth Yeimaya mewakili tokoh perempuan.
Agustinus Wauketeyau selaku tokoh adat menyampaikan pesan lewat lantunan lagu dalam bahasa Kamoro dengan diiringi musik tifa dan tarian adat.
Lagu yang dilantunkan menyerukan persatuan, persaudaraan dengan semangat, “Akuare Katakakuru Kamorowe Tha”.
Rangkaian pernyataan adat ditutup oleh tokoh perempuan Kamoro, Elisabeth Yeimaya, dengan harapan pemimpin yang terpilih nantinya mampu melindungi hak-hak kesulungan masyarakat Kamoro demi masa depan generasi penerus.
Selepas pembukaan Musdat, panitia steering committe member arahan kepada peserta pemilik hak suara terkait mekanisme dan proses pemilihan Ketua LMHA Mimika Wee pada hari ini.
Suasana akrab diwarnai dengan mob dari pelaksanaan Musdat ini begitu berkesan, dengan pengamanan ketat personel TNI-Polri. (vis)
Jumlah Pengunjung: 19

4 days ago
16

















































