Ouceu Satyadipura (FOTO: ELISA/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Dalam kompleksitas tatanan ekonomi global saat ini, dua konsep paling mendasar dan patut analisis, yaitu inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Adanya inflasi dapat mengakibatkan perubahan nilai mata uang suatu negara serta membuat perubahan pada permintaan dan penawaran akan barang dan jasa.
Karenanya, iInflasi memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dari kemajuan perekonomian suatu negara.
Inflasi yang rendah dan stabil akan membuat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan naik.
Sebaliknya inflasi yang tidak stabil atau terlalu tinggi akan membuat pertumbuhan ekonomi suatu negara memburuk.
Menyikapi ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mimika, Ouceu Satyadipura, mengatakan permasalahan ekonomi sangat berdampak pada tingginya inflasi di Mimika.
Karena masalahan pertumbuhan ekonomi mempunyai efek domino dan bukanlah perkara mudah yang dapat kerjakan,” katanya kepada Timika eXpress, Jumat (23/1/2025).
Menurut Ouceu, inflasi bisa dihitung secara tahunan year on year (y-on-y), yaitu membandingkan indeks harga konsumen di tahun tertentu ke tahun sebelumnya.
Sedangkan inflasi m-to-m (month-to-month) adalah inflasi yang dihitung secara bulanan.
Diungkapkan Ouceu, pada November 2024 lalu, inflasi terjadi di Mimika karena harga daging babi melonjak mencapai Rp250 ribu per kilo.
Kenaikan tersebut terjadi akibat (y-on-y) mewahnya virus African Swine Fever (ASF) terhadap ternak babi di Mimika.
Dikatakan Ouceu, perhitungan inflasi tidak bisa dilihat dari satu komoditas saja, tetapi dari banyak indikator, sehingga perlu dibuat program untuk menekan inflasi.
“Seperti harga cabai, yang biasanya naik signifikan, ini harus menjadi perhatian pemerintah, misalnya dengan mengadakan gerakan program tanam cabai, dimana pemerintah siapkan bibitnya, dan dibagikan ke masyarakat beserta polibagnya,” jelas Ouceu.
Pasalnya, tingginya harga suatu komoditas karena persediaan terbatas dan terlambatnya pasokan dari luar atau karena gagal panen.
Beberapa faktor tersebut berkaitan dengan perhitungan ketahanan pangan oleh BPS untuk melihat sejauh mana ketahanan pangan di Kabupaten Mimika tanpa import dari wilayah lain.
Ouceu menyebut, salah satu komoditas yang dihasilkan Mimika tanpa mendatangkan dari luar adalah telur ayam.
Namun, untuk momoditas lainnya masih kurang dan perlu dipasok dari luar.
Ia tidak menampik, kalau pengiriman lancar, itu tidak masalah, tapi kalau terhambat pasti berpengaruh pada disparigas harga kebutuhan pokok masyarakat.
“Terkait ini pemerintah perlu memberi masukan bagi para petani untuk meningkatkan komoditas tanaman pertnaian dan perkebunan yang berpotensi menekan harga. Selain itu, pemerintah juga harus memikirkan upaya bagaimana menyerap hasil produktivitas petani. Misalnya, dibuat program tanam cabai khusus bagi petani, saat tiba waktunya panen, maka pemerintah harus siap menampung dan menyalurkannya ke daerah lain yang butuh cabai,” serunya.
Memang, kata Ouceu, hal ini tidak mudah, karena bisa memicu tingkat inflasi.
“Memang tidak cukup hanya memikirkan bagaimana biar harga murah, yang juga bisa berdampak petani yang rugi. Meski penghitungan inflasi dilakukan oleh BPS, namun terkait perubahan atau disparitas harga, ini harus terus dipantau oleh instansi yang berwenang,”pungkasnya. (bob)
Jumlah Pengunjung: 3