Pastor Amandus Rahadat,Pr Refleksikan Kemiskinan Lewat Gerakan Tungku Api Kehidupan 

1 month ago 52

Misa Malam Natal di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika

TIMIKAEXPRESS.ID

Menyambut suka cita perayaan Natal 2024, seluruh umat kristiani di Kabupaten Mimika, Papua Tengah menggelar ibadah atau misa malam Natal pada Selasa (24/12/2024).

Dengan mengusung tema Natal 2024, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”, misa pertama malam Natal di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika dipimpin Pastor Amandus Rahadat,Pr.  

Mengutip bacaan Injil Lukas, Pastor Amandus, mengawalinya dengan mengutip salah satu bait injil, ‘Kamu akan menjumpai seorang bayi dibaringkan dalam palungan’.

Setelah itu Pastor Amandus melafalkan tema Natal 2024, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”, yang adalah pesan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), yang mengutip ajakan para gembala.

“Pertanyaannya, ada apa di Betlehem, sehingga kita perlu ke sana?.

Jawabannya, di Betlehem ada sebuah kandang, di kandang itu ada palungan dan di atas palungan itu kanak-kanak Yesus dibaringkan. Yesus Anak Allah berbaring di palunjan! Apakah tidak ada tempat yang lebih layak selain sebuah palungan?, ini pertanyaan yang menjadi permenungan di malam Natal 2024,” serunya.

Jika kembali ke masa adven, selama itu umat Keuskupan Timika termasuk umat Paroki Katedral Tiga Raja bergumul dengan tema “Pendidikan Iman Kristiani Menjadi Roh Penggerak Tunggu Api Kehidupan Menuju Betelehem”.    

Dimana hasil refleksi di Wilayah Kaspar, umat tiba pada kesimpulan, tragedi palungan terjadi karena absensi tungku api, penginapan atau tempat tunggu api tidak tersedia bagi Yosep dan Maria di Betlehem.

Akibatnya, Yesus, Sabda yang lahir sebagai manusia terpaksa berbaring di palungan tempat tunggu api binatang-binatang.

Maka, kesimpulan akhir dari pertemuan dan permenungan, umat di Wilayah Kaspar berkesimpulan orang pintar hasil pendidikan iman kristinai tidak akan membiarkan hidupnya terlunta-lunta tanpa tungku api.

Pastor Amandus pun menyebut, palungan dan kemiskinan itu saudara kembar. Kemiskinan itu ada pada mereka yang tidak memiliki tungku api.

Apa itu Tungku api? Almarhum Uskup John Philip Saklil,Pr sering mengangkat tema ini, tunggku api adalah rumah, tanah, lahan, kebun, pekerjaan dan penghasilan.

Terkait hubungan ini, Pastor Amandus pun merilis data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebut total penduduk Kabupaten Mimika pada tahun 2024 adalah 316.000 jiwa.

“Dengar baik-baik, dari jumlah ini, 14 persen adalah penduduk miskin, artinya ada 44.240 termasuk kelompok miskin,”ungkapnya.

Menyusul, tingkat penganguran  di Kabupaten Mimika 5,37 persen, ini artinya ada sekitar 17 ribu warga di Mimika hidup tanpa pekerjaan.

“Menyimak data kondisi kemiskinan di Mimika, jika dikaitan dengan refleksi umat Keuskupan selama masa adven dengan tema” Pendidikan Iman Kristiani Menjadi Roh Penggerak Tunggu Api Kehidupan Menuju Betelehem”, maka ada beberapa catatan penting yang Pastor Amandus tegaskan pada malam Natal.

Pertama, sebagai pendatang di Kota Betlehem, Yosep dan Maria tidak punya tungku api, yaitu tidak punya rumah, tanah, kebun dan tidak punya pererjaan.

Kerena kondisi kemiskina itu, sebagaimana biasa orang miskin ditolak dimana-mana, maka Yosep dan Maria juga ikut ditolak di Betelehem, dan akibatnya Yesus tepaksa berbaring di palungan, tungku api milik binatang-binatang.

Kedua, ada umat Paroki Katedral Timika, tidak mengalami nasib sama dengan Yosep dan Maria, maka Pastor sarankan, anda jangan membiarkan diri tetap berada dalam kondisi tanpa tungku api, ingat itu!

“Ketiadaan tanah, rumah, pekerjaan, ketiadaan tungku api membuat anda akan mengalami kemiskinan, dan kalau ada miskin, anda akan ditolak dimana-mana, seperti  Yosep dan Maria ditolak di Betlehem,” tegasnya.

Ketiga, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”, ini merupakan ajakan KWI dan PGI bagi umat kristiani di seluruh Indonesia untuk menyadari tragedi Betlehem, sehingga kemiskinan fisik hendaknya jadi musuh bersama.

Dengan melibatkan diri dalam gerakan tungku api kehidupan, sebagaimana dimulai dari Keuskupan Timika, kini menyebar di berbagai keuskupan di Indonesia.

Untuk itu, Pastor Amandus menyampaikan dua pesan bagi dua kelompok orang.

“Sapaan pertama saya ingin tujukan kepada semua penduduk asli Papua, OAP, Amungme-Kamoro dan suku-suku kekerabatan, kalau anda ada di gereja ini, atau anda sedang mengikuti siaran misa, anda dengar baik-baik, tanah Papua ini adalah milikmu. Ini yang sering kamu (OAP-Red) dengung-dengungkan to, tanah ini kamu punya milik, ini tunggku apimu, maka pesan dari Gereja Katedral untuk orang Papua, jangan jadi miskin di tanah ini hanya karena anda salah mengelola tungku api. Sembarang anda mengelola tanah, hutan, rumah, akhirnya anda hidup serba kekurangan,”serunya lagi.

Lebih jauh, pesan Pastor Amandus, jangan pernah menjadi miskin di tanahmu yang kaya, jadilah tuan yang kaya, bukan tuan yang miskin. Ini pesan untukmu (orang Papua) di malam Natal ini.

Pesan kedua dialamatkan  untuk semua warga pendatang.

Jauh-jauh anda merantau ke Papua ini, pasti ada banyak motif, ada yang ke Papua karena ditugaskan, karena pekerjaan, pengabdian, ada yang ke Papua karena memang ingin memperbaiki taraf hidup, itu semuanya oke.

Nah, di malam Natal ini, pesan dari Gereja Katedral adalah, apa pun motifmu, satu hal yang anda harus ingat adalah, jangan jadi miskin di tanah ini.
“Jangan sudah asing karena kau pendatang, miskin pula, eh! sudah cukup banyak orang miskin di Papua, jangan kamu datang tambah lagi, karena orang Papua tidak butuh orang miskin di tanah ini, maka pendatang jangan jadi miskin di tanah ini, usahakan agar anda memiliki tungku api. Bapak Uskup almarhum selalu berkata, jangan lahir di tempat kos, besar di tempat kos, mati di tempat kos, Uskup bilang ini keterlaluan,” tegasnya menambahkan, usahakan agar anda memilkiki tungku api sendiri.

Dari dua pesan, Amandus Rahadat yang juga Pastor Paroki Katedral Timika memberi catatan, silahkan mengusahkan  tungku api sendiri, tapi dengan cara-cara yang bermartabat.

Artinya apa? dalam mengusahakan tungku apimu, punya tanah, punya rumah, punya penghasilan, hormati pemilik tanah ini, jangan merampas hak pemiliki tanah ini, termasuk hak untuk hidup, atau dengan kata lain, jangan kau hadir di Papua ini, saudara-saudara pendatang sebagai pengacau dan pembunuh, seperti yang terjadi minggu-minggu ini.

Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem, anda tahu sekarang, motifnya apa kita pergi ke Betlehem?

Selamat Natal, selamat membangun tungku api yang baik lalu terhindar dari kemiskinan sehingga nasib Yosep dan Maria tidak terulang dalam hidupmu, Amin. (vis/via)

Jumlah Pengunjung: 2

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |