LILIN PASKAH – Umat Katolik menyalahkan lilin saat misa malam Paskah di Gereja Santo Stefanus Sempan,Timika, Sabtu (19/4/2025). (FOTO:ISTIMEWA)
TIMIKAEXPRESS.ID,TIMIKA
Ribuan umat Gereja Katolik Santo Stefanus Sempan, Mimika, Papua Tengah, mengikuti perayaan misa malam Paskah pada Sabtu (19/4/2025) malam.
Misa dimulai dengan prosesi penyalaan lilin yang dipimpin oleh Pastor Gabriel Ngga, OFM pada pukul 16.00 WIT.
Suasana khidmat dengan nyala lilin menyelimuti misa malam Paskah, yang menandai transisi dari masa prapaskah ke masa Paskah sebagai penghayatan kebangkitan Yesus penuh harapan.
Dalam homilinya, Pastor Gabriel Ngga, OFM mengajak umat manusia sebagai pengikut Kristus dan sebagai orang Kristen supaya merefleksikan makna dan relevansi
dari pesta iman seperti Paskah.
Jawabannya adalah melihat kenyataan dan kekuatan-kekuatan yang amat memberi ciri dan warna dari kehidupan masyarakat saat ini, dimana kita hidup dalam suatu situasi dan kondisi yang tidak baik-baik saja.
Termasuk kondisi sosial ekonomi yang tidak memberikan kenyamanan dan kepastian hidup,ihwal akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donal Trump yang menaikan pajak impor, membuat ekonomi dunia mulai goyang, bahkan dampaknya sampai ke Indonesia.
Juga ada kebijakan-kebijakan lain dalam negeri, yang mengakibatkan banyak perusahaan yang mem-PHK karyawannya atau tenaga buruh, bahkan ada perusahaan yang tutup.
“Kita bisa bertanya bagiamana kehidupan karyawan/buruh sesudah itu. Mungkin kita disini (Mimika-Red) tidak begitu merasakan, tapi di Jawa amat sangat terasa,”ujar Pastor Gabriel.
Selain itu, kebijakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang cukup kita rasakan, seperti proyek pangan di Merauke, ini memberi suatu efek/pengaruh domino pada seluruh aspek kehidupan, keamanan hidup masyarakat yang makin jauh dari rukun, damai dan harmoni.
Tidak hanya soal PSN, tetapi kebijakan politik lain, yang juga mempengaruhi kehidupan kita.
“Dimana kita lihat dan rasakan kekerasan dan pelbagai konflik mengancam hidup manusia, baik pribadi maupun bersama. Kita tahu situasi global dunia, perang Rusia dan Ukraina tetap belum juga selesai, termasuk perang antara Israel-Gaza di Timur Tengah juga belum selesai, dan berbagai hal di lain tempat. Apalagi mulai ada wacana, bagaimana orang Gaza harus dibawa ke Indonesia. Semuanya itu memperngaruhi kebijakan-kebijakan, mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan politik,” serunya.
Belum lagi masalah kemiskinan, kerusakkan alam serta perubahan iklim, perguncingan dan pertarungan politik yang tidak memberikan rasa nyaman dan pasti bagi gerak kehidupan bersama.
Lantas kita lanjut bertanya, apa makna dan relevansi perayaan kebangkitan Tuhan dengan pelbagai kondisi dalam semua aspek serta siklus kehidupan manusia seperti sekarang ini?
Kebangkitan Tuhan tidak untuk memberi jawaban konkrit atas pelbagai macam persoalan itu.
Bacaan-bacaan suci yang kita dengarkan pada malam Paslah, memberi kita inspirasi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Bahkan dari Kitab Kejadian memberikan jawaban bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah.
Manusia memiliki keluhuran dan kesucian martabat, karena manusia memiliki keluhuran martabat, maka hanya kepada manusia, pencipta mempercayakan alam ciptaan ini untuk dikuasai, berkuasa seperti Allah berkuasa, melayani, menjaga, memelihara dan mengembangkan.
“Tetapi kita bertanya, mengapa alam rusak dan kekerasan terjadi terhadap sesama manusia. Karena manusia tidak tahu diri dan tidak menerima diri sebagai gambar dan rupa Allah. Mereka malah ingin menjadi seperti Allah. Itulah godaan yang tidak bisa dikalahkan manusia sejak awal dosa asal, dosa tidak tahun diri, tidak menerima diri, mengangkat diri seperti Allah,” jelasnya.
Lanjut Pastor Gabriel, manusia melanggar tatanan kosmik dalam Taman Eden, suatu dunia yang hidup penuh harmoni dengan segala ciptaan disana.
Tetapi manusia melanggar semua itu, mengapa?, karena dia mendaulat diri seperti Allah, padahal mereka bukanlah Allah.
Jikalau manusia mengklaim diri sebagai Allah, dan itu berarti mahakuasa, maka tak heran manusia bertindak melampaui keterbatasan manusiawinya, sampai-sampai mengklaim kuasa atas hidup orang lain melalui perbagai macam tindakan pemerasan, kekerasan, bahkan mencabut nyawa sesama, entah dalam tindakan kriminal, entah secara legal seperti hukuman mati.

“Karena begitu dia berkuasa, dia mulai bahkan mengeksploitasi alam ini, buka tambang dimana-mana tanpa peduli apa akibatnya bagi dunia di sekitarnya. Kita sendiri menyaksikan apa yang terjadi di sekitar kita. Dimana kita tidak lagi bisa makan karaka, udang atau ikan yang ada di sekitar, yang betul-betul tidak terkontaminasi oleh limbah karena eksplotasi alam yang begitu massal, dan kita hanya mementingkan keuntungan ekonomi, tapi tidak melihat kaitannya bagi kehidupan, kesehatan manusia itu sendiri,” paparnya.
Ini seperti derita penindasan, dan perbudakan di Mesir adalah pengalaman buruk dari kejahatan kemanusiaan, yang ternyata masih juga terjadi sampai saat ini.
Peninidasan terhadap rakyat kecil, serta masyarakat asli yang dirampas tanahnya dan dirampok kekayaannya.
“Kembali ke martabat suci dan luhur dari manusia, yang adalah gambar dan rupa Allah, tidak bisa lain, kalau kita betul menyadari martabat itu, maka mestinya yang ada pada kita adalah merawat, memelihara dan menjaga kesatuan dengan Kristus,” ungkapnya.
Sebagaimana Santo Paulus menggarisbawahi, hanya dengan itu, manusia dapat hidup baik dan benar, mampu mengatasi pelbagai persoalan termasuk mengalahkan maut untuk bangkit bersama Kristus.
Tetapi pertanyaan lain, benarkan kita sungguh-sungguh berdiri teguh dalam iman kita akan Kristus.
Apakah orang-orang kristiani pengikut Kristus itu bebas dari kejahatan kemanusiaan seperti pemerasan, penindasan, korupsi, KDRT, merusak alam, malas, tidak peduli, tamak dan rakus, sampai-sampai menghnacurkan dan merusak alam serta merampas hak-hak orang lain.
Perayaan kebangkitan Yesus tidak bermakna, jika kita sendiri tidak bangkit dan tidak ingin berubah menjadi manusia baru dengan sikap serta perilaku baru dalam hubungan dengan Allah, sesama dan alam ciptaan-Nya.
Sepanjang 40 hari menghayati masa puasa dan pantang, kita patut mendalami tema pertobatan ekologis, tentunya amat diharapkan mampu membawa perubahan pada kita di dalam bersikap, berperilaku, minimal terhadap alam, dunia, baik di gereja, dan keluarga-keluarga kita masing-masing.
Patut kita sadari pula, bahwa kebangkitan Kristus tidak dijumpai oleh muridnya yang pria, tetapi dari perempuan-perempuan hebat, berani, pergi ke kubur Yesus.
Tetapi sering terjadi dalam hidup kita, ibu-ibu sering mendapat KDRT, karena dominasi laki-laki yang tidak tahu diri.
Dikatakan pula, perayaan malam Paskah selalu disertai dengan pembaharuan janji baptis, perayaan ini mengingatkan kita semua untuk bangkit lagi, lahir menjadi manusia baru, dan bersama Kristus yang bangkit, kita hadir dan bersaksi kepada dunia untuk membangun dunia yang lebih manusiawi, adil, benar, sesuai dengan rancangan dan kehendak Allah, agar kerajaan Allah itu terjadi disini seperti di surga, sebagaimana doa ‘Bapa Kami’.
“Selamat pesta Paskah, kebangkitan Kristus membawa damai sukacita bagi sesama,” demikian Pastor Gabriel. (vis)
Jumlah Pengunjung: 3