Uskup Terpilih Mgr. Bernardus: Perjamuan Kasih Mengikat Persaudaraan, Jangan Egois

1 day ago 11
MISA – Suasana perayaan Misa Kamis Putih di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Kamis (17/4/2025). (FOTO: IST/TIMEX)

TIMIKAEXPRESS.ID, TIMIKA

Umat Katolik di seluruh dunia termasuk ribuan umat Katolik di Mimika, Papua Tengah mengikuti perayaan Misa Kamis Putih di Gereja Katedral Tiga Raja pada Kamis (17/4/2025).

Perayaan misa Kamis Putih yang dimulai pukul 18.00 WIT yang  berlangsung khidmat, dipimipin langsung Uskup Terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.

Ribuan umat dalam suasana hening mengikuti serangkaian prosesi, mulai ritus pembuka, symbol pembasuhan kaki 12 rasul Yesus, dan perarakan Sakramen Mahakudus.

Mgr. Bernardus dalam khotbahnya, mengatakan perayaan Kamis Putih yang setiap tahun dirayakan adalah perayaan Paskah, yang artinya Tuhan lewat melalui tradisi orang Yahudi.

“Paskah bagi orang Yahudi adalah kenangan dan memorial tentang penyelamatan bangsa Israel yang dibimbing oleh Allah melalui Musa melewati laut merah menuju ke tanah terjanji,” ujarnya.

Paskah Yahudi, lanjut Mgr. Bernardus, memiliki beberapa simbol, yaitu anak domba yang tidak cacat, gemuk, setelah disembelih, darahnya akan dioleskan di rumah-rumah orang Yahudi, sehingga Tuhan yang akan lewat membebaskan mereka.

“Makna Paskah orang Yahudi, oleh Yesus pun diberi makna baru, yaitu Paskah Kristen yang kita rayakan ini. Dan Anak Domba itulah Yesus sendiri. Darahnya sendiri  itu bukan lagi darah domba, tetapi darah anak manusia yaitu anak Allah,” ungkapnya.

Ia menyebut perjamuan malam terakhir oleh Yesus bersama murid-muridnya, itu merupakan makna baru bahwa perjamuan bukan sekedar makan bersama, bukan juga makanan jasmani untuk kebutuhan biologis karena lapar semata.

“Tapi, perjamuan adalah komuni, persekutuan, komunitas, persatuan dengan Yesus Kristus. Maka, apapun bentuknya, perjamuan kasih harus mengikat kasih persaudaraan satu sama lain, apakah itu pesta di keluarga, atau lainnya,” katanya.

Dikatakan pula, makan bersama, khususnya orang Papua ketika makan papeda, pasti duduk melingkar.

“Tradisi ini termasuk ritual adat bakar batu (Barapen) yang sudah ada sejak lama, ini menjadi simbol kesatuan, komunitas, kebersamaan, dan solidaritas dalam suka dan duka satu sama lain,” paparnya.

Ia pun menyebut orang Katolik terkadang egois, mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, bahkan cenderung rakus akan hal-hal duniawi.

“Mari kita hidup seperti Yesus yang rela mengorbankan semua hidupnya dengan kerendahan hati demi menyelamatkan umat manusia,” serunya.

Mgr. Bernardus  juga mengatakan, simbolisasi pembasuhan kaki 12 rasul Yesus, ini melambangkan ungkapan cinta kasih, dan prinsip Allah menjadi manusia agar kita manusia diselamatkan.

‘’Ini juga membuktikan bahwa cintah kasih Allah itu utuh, tanpa tendensi sebab akibat, melayani dengan tulus dan totalitas,’’ paparnya.

Menyikapi situasi kontradiktif yang banyak terjadi, tidak sedikit orang melayani hanya karena uang,  bahkan ada yang bertanya saya digaji berapa, saya dapat apa, dan hal-hal ini selalu ada dalam pikiran kita.

Bahkan situasi ini juga terjadi di dalam gereja, dimana ada corang yang hanya mencari sesuatu, pujian dan lain sebagainya.

‘’Istri harus hormat terhadap suami, pun sebaliknya, orang tua terhadap anak dan sebaliknya. Termausk pejabat tidak melayani masyarakat hanya karena proyek, karena nilainya adalah suka cita, jangan matrelialisme. Termasuk para guru harus melayani sungguh karena kenyataannya guru lebih banyak di kota dari pada di kampung. Juga ada banyak orang yang memanfaatkan orang kecil yang polos hatinya  hanya untuk kepentingan pribadi,’’ ungkapnya.

Menyikapi situasi ini, ia mengajak umat unutk belajar menjadi militan, meninggalkan egoism sehingga selalu hidup damai dan penuh sukacita. (via)

Jumlah Pengunjung: 17

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |