Gereja Katedral Tiga Raja selalu menjadi suatu peristiwa besar dalam kehidupan Gereja
Pastor Andreas Madya Sriyanto, SCJ (FOTO: IST/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Tahun Yubileum 2025 yang resmi dimulai pada 24 Desember 2024, bertepatan dengan Malam Natal, akan berlangsung hingga 6 Januari 2026 mendatang.
Paus Fransiskus meresmikanTahun Suci Katolik atau yang dikenal juga sebagai Yubileum, pada misa Malam Natal, Selasa (24/12/2024) dengan membuka Pintu Suci (Porta Sancta) di Basilika Santo Petrus di Kota Italia, Roma.
Pada Hari Minggu (2/2/2025), Gereja Katedral Tiga Raja, Timika akan menggelar dan merayakan misa pembukaan Tahun Yubileum.
Prosesi diawali dengan pembukaan pintu Tahun Rahmat oleh Administrator Diosesan Keuskupan Timika, RD Marthen Ekowaibi Kuayo.
Dilanjutkan misa persembahan bersama pastor selebran, yang akan dipimpin Administrator Diosesan Keuskupan Timika, RD Marthen Ekowaibi Kuayo.
Dipastikan ribuan umat Katolik di Timika akan menghadiri pembukaan Tahun Yubileum di Gereja Katedral Tiga Raja, karena misa hanya satu kali pada pukul 08.00 WIT.
Pastor Andreas Madya Sriyanto, SCJ selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Keuskupan Mimika, melalui keterangan tertulis kepada Timika eXpress, menuturkan Tahun Yubileum kali ini mengusung tema “Peregrinantes in Spem”, yang artinya “Peziarah Pengharapan”.
Umat Katolik se-Keuskupan Timika patut mensyukuri karya penyelamatan Tuhan.
Paus Fransiskus dalam suratnya kepada Mgr. Rino Fisichella selaku Presiden Dewan Kepausan untuk Evangelisasi Baru, menuliskan, Tahun Yubileum 2025 selalu menjadi suatu peristiwa besar dalam kehidupan gereja yang sangat signifikan
secara rohani, gerejawi dan sosial.
Sejak tahun 1300, kepemimpinan Paus Bonifasius VIII menetapkan Tahun Suci pertama, yang pada mulanya dirayakan setiap 100 tahun.
Perayaan Tahun Suci ini kemudian mengikuti contoh dalam Alkitab, dan dirayakan setiap 50 tahun, dan kini dirayakan setiap 25 tahun.
Momentum religi ini menunjukan umat Allah yang suci dan setia telah mengalami perayaan ini sebagai karunia khusus dari rahmat, yang ditandai pengampunan dosa dan indulgensi, yang merupakan ungkapan penuh belas kasihan Allah.
Dalam suratnya, Paus Fransiskus juga menulis, kaum beriman seringkali pada akhir
peziarahan yang panjang, mengikuti kekayaan tradisi rohani gereja dengan melewati Pintu
Suci dan menghormati relikui Santo Petrus dan Santo Paulus yang disimpan dalam Basilika di Roma.
Relikiu merupakan peninggalan fisik dari orang kudus atau martir yang memiliki nilai keagamaan.
“Jadi, selama berabad-abad, jutaan pelancong telah melakukan ziarah ke tempat-tempat suci ini, dan menjadi saksi hidup bagi iman yang dianut setiap zaman,” ungkap Pastor Andreas Madya Sriyanto, SCJ.
Dikatakannya, Yubileum Agung tahun 2000 membawa gereja ke dalam milenium ketiga sejarahnya.
Dimana, Santo Yohanes Paulus II telah lama menantikan dan sangat menantikan peristiwa tersebut, dengan harapan bahwa semua orang kristiani, meninggalkan sejarah perpecahan mereka, dapat merayakan bersama peringatan 2000 tahun kelahiran Yesus Kristus, yang adalah Juruselamat umat manusia.
‘’Sekarang, ketika 25 tahun pertama abad baru ini hampir berakhir, kita dipanggil untuk memasuki musim persiapan yang dapat memungkinkan umat kristiani merasakan Tahun Kudus dalam segala karya dan kekayaan pastoralnya.
Langkah penting dalam perjalanan ini telah diambil dengan perayaan Yubileum Luar Biasa Belas Kasih, yang memungkinkan kita menghargai kembali kekuatan dan kelembutan cinta Allah Bapa, untuk menjadi saksi-Nya.
Dalam dua tahun terakhir, tidak ada satu pun negara yang tidak terpengaruh oleh pecahnya
secara tiba-tiba wabah yang membuat kita mengalami langsung bukan hanya tragedi mati
sendirian, melainkan keberadaan hidup yang tidak pasti dan sementara, telah mengubah cara hidup kita.
“Bersama dengan semua saudara dan saudari, kita umat kristiani menanggung kesulitan dan keterbatasan tersebut. Gereja-gereja ditutup, begitu juga dengan sekolah-sekolah, pabrik, kantor, toko, dan tempat-tempat rekreasi, ” katanya.
Ini semua menunjukan beberapa kebebasan dibatasi, sementara pandemi ini menciptakan perasaan tidak hanya kesedihan, tapi juga keraguan, ketakutan, dan kebingungan.
Untungnya, komunitas ilmiah dengan cepat mengembangkan vaksin yang secara bertahap memungkinkan kita untuk melanjutkan
kehidupan normal.
“Kami sangat yakin bahwa wabah ini akan dapat diatasi dan bahwa dunia akan kembali ke pola hubungan pribadi dan kehidupan sosialnya yang normal,”katanya.
Hal ini pun terjadi lebih mudah sejauh kita dapat menunjukkan solidaritas yang efektif, sehingga sesama yang paling membutuhkan tidak akan diabaikan, dan semua orang dapat mengakses terobosan ilmiah dan obat-obatan yang diperlukan.
Kita harus memupuk api harapan yang telah diberikan kepada kita, dan membantu semua
orang mendapatkan kekuatan dan keyakinan baru dengan melihat ke masa depan dengan
semangat terbuka, hati yang percaya, dan pandangan yang jauh.
Pasalnya, Yubileum yang akan datang dapat sangat membantu dalam mengembalikan iklim harapan dan kepercayaan sebagai prakondisi untuk pembaharuan dan kelahiran kembali yang sangat kita dambakan; Itulah
sebabnya dipilih motto Yubileum, “Peziarah Pengharaan”.
Ini akan menjadi kenyataan jika kita mampu mendapatkan kembali rasa persaudaraan universal dan menolak untuk mengabaikan tragedi kemiskinan yang mencegah jutaan pria, wanita, pemuda, dan anak-anak hidup dengan cara yang pantas untuk martabat kita manusia.
Di sini dirinya memikirkan terutama banyak pengungsi yang terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka.
“Semoga suara-suara orang miskin terdengar sepanjang persiapan kita menuju Yubileum, ini dimaksudkan untuk mengembalikan akses ke buah-hasil bumi bagi semua orang. Seperti yang diajarkan dalam Alkitab, “Sabat tanah itu akan memberikan makanan bagi kamu, bagi dirimu sendiri dan bagi budak laki-laki dan perempuanmu dan bagi buruhmu dan bagi orang asing yang tinggal bersamamu; bahkan untuk ternakmu juga, dan untuk binatang-binatang yang ada di tanahmu, seluruh hasilnya akan menjadi makanan” (Imamat 25:6-7),” ujarnya.
Dijelaskan pula, dimensi rohani Yubileum, yang memanggil pada pertobatan, juga seharusnya mencakup aspek-aspek mendasar dari kehidupan di tengah masyarakat sebagai bagian dari kesatuan yang koheren.
Dalam pemahaman bahwa kita semua adalah peziarah di bumi ini, Tuhan telah perintahkan kepada kita untuk mengolah dan menjaganya (lihat Kejadian 2:15), semoga kita tidak pernah gagal, sepanjang perjalanan kita, untuk mengkontemplasikan keindahan ciptaan dan merawat rumah kita bersama.
‘’Inilah harapan saya bahwa Tahun Yubileum yang akan datang, akan dirayakan dan dialami dengan tujuan. Semakin banyak pria dan
wanita, termasuk banyak pemuda dan anak-anak, telah menyadari bahwa merawat ciptaan
adalah ungkapan penting dari iman kita kepada Allah dan ketaatan kita kepada kehendak-Nya.
Kepadamu, saudara yang terkasih, saya mempercayakan tanggung jawab untuk menemukan cara yang sesuai agar Tahun Suci dapat direncanakan dan dirayakan dengan iman yang mendalam, harapan yang hidup, dan kasih yang aktif.
Lebih lanjut, dikatakan dikasteri yang bertugas untuk mempromosikan evangelisasi baru dapat membantu membuat musim anugerah ini menjadi rangsangan penting bagi pelayanan pastoral Gereja-gereja Partikular, baik Latin maupun Timur, yang dipanggil dalam beberapa tahun ini untuk meningkatkan komitmen mereka terhadap sinodalitas.
Dalam hal ini, perjalanan kita menuju Yubileum akan mengekspresikan dan meneguhkan panggilan Gereja untuk melakukan perjalanan bersama, agar menjadi tanda dan alat kesatuan dalam keharmonisan keragaman.
Ini penting untuk memupuk kesadaran baru akan tuntutan panggilan universal serta berpartisipasi secara bertanggung jawab dengan meningkatkan karunia dan pelayanan yang Roh Kudus berikan untuk membangun gereja yang satu.
Empat Konstitusi Konsili Ekumenis Vatikan Kedua, bersama dengan Magisterium beberapa dekade terakhir ini, akan terus memberikan arahan dan bimbingan kepada umat kudus Allah, sehingga mereka dapat terus maju dalam misinya untuk membawa kabar sukacita Injil kepada semua orang.
Sesuai dengan kebiasaan, Bulla Indiksi, yang akan dikeluarkan tepat pada waktunya, akan berisi panduan-panduan yang diperlukan untuk merayakan Yubileum tahun 2025.
Dalam waktu persiapan ini, sangat diharapkan agar kita mempersembahkan tahun 2024, tahun sebelum peristiwa Yubile, untuk “simfoni doa” yang besar.
Doa, di atas segalanya, memperbarui keinginan kita untuk berada di hadapan Tuhan, untuk mendengarkan-Nya dan menyembah-Nya.
Doa, juga, untuk bersyukur kepada Allah atas banyak anugerah cinta-Nya bagi kita dan memuji karyanya dalam ciptaan, yang memanggil semua orang untuk menghormatinya dan mengambil tindakan konkret dan bertanggung jawab untuk melindunginya.
Doa sebagai ungkapan kesatuan “hati dan jiwa” (lihat Kisah Para Rasul 4:32), yang kemudian diterjemahkan menjadi solidaritas dan berbagi roti kita sehari-hari.
Doa yang memungkinkan setiap pria dan wanita di dunia ini untuk berpaling kepada Tuhan yang satu dan menyatakan kepada-Nya apa yang tersembunyi di dalam hati mereka.
Doa sebagai jalan kerajaan menuju kekudusan, yang memungkinkan kita untuk menjadi kontemplatif bahkan di tengah-tengah aktivitas.
Singkatnya, semoga menjadi tahun doa yang intens di mana hati terbuka untuk menerima limpahan kasih karunia Allah dan menjadikan “Bapa Kami,” doa yang diajarkan Yesus kepada kita, sebagai program kehidupan dari masing-masing murid-Nya.
Saya memohon kepada Santa Perawan Maria untuk menemani Gereja dalam perjalanan persiapan menuju acara Yubileum yang penuh berkat,”pungkasnya. (bob)
Jumlah Pengunjung: 6