Pastor Amandus: Senjata Memusnahkan Kasih

2 weeks ago 35

TIMIKAEXPRESS.ID, TIMIKA

Pastor Paroki Katedral Tiga Raja, Timika, RD. Amandus Rahadat, menyerukan pesan kasih melalui homilinya saat misa Minggu Paskah ke V, Minggu (18/5/2025) di Gereja Katedral Tiga Raja.

Selaras dengan Injil Yohanes, disebutkan Yesus memberikan perintah baru kepada murid-Nya, “hendaklah kamu saling mengasihi, mengasihi seperti yang dibuat oleh Yesus”.

Pasalnya, kasih Yesus itu tidak bertepi, tidak berujung, tidak bersekat, dan kasih Yesus non diskriminatif, tidak pilih-pilih orang, melainkan kasih Yesus nampak dalam karya nyata, bukan teori.

Sebagaimana dalam bacaan pertama Kisah Para Rasul, menyebutkan bahwa Paulus dan Barnabas menterjemahkan hukum kasih, dimana mereka berjalan dan berkeliling untuk menyebarluaskan ajaran Yesus.

Mereka memperkenalkan kepada banyak orang tentang perintah dan ajaran kasih.

“Ajaran kasih ini juga terdapat dalam Kitab Wahyu, yaitu Allah akan menghapus air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi, pun tidak akan ada lagi perkabungan, ratap tangis dan dukacita,

seperti selama ini umat kita di pedalaman mengalaminya,”ungkap Pastor Amandus.

Baru saja empat hari lalu, 14 Mei 2025, seorang imam putra asli Papua, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, ditahbiskan menjadi Uskup Timika.

Dia tampil dengan motto pastoral “Ego Sum Ostium” ,Akulah Pintu bagi domba-domba, ini kata-kata Yesus.

“Tersirat di dalam motto ini pesan kasih yang beraroma damai, melewati pintu itu, kita akan saling bertemu,” ujarnya.

Dua tahun lalu, tepatnya 2 Februari 2023, seorang imam yang lain, anak Asli Papua, pertama kali dipercayakan sebagai Uskup, yaitu Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You, yang ditahbiskan di Jayapura dengan motto pastoral “Ego Vobisccum Sum”, Bersama Kalian Saya Hadir.

“Ini kata-kata Yesus dan lagi-lagi tersirat pesan kasih yang beraroma dan berwarna damai,” katanya.

Dalam inaugurasi kemunculan pertama, Paus Leo XIV mengucapkan kalimat, “Laplace Sia Konvoi”, ‘semoga damai menyertai anda sekalian’. Damai yang lahir dari sebuah praktik cinta.

Menyimak motto dua Uskup asli Papua yang sarat dengan kasih dan damai, juga menyimak sambutan pertama Paus yang menyapa umat di halaman Basilika dengan damai, dan memahami bacaan kitab suci yang sarat pesan kasih dan damai, maka Pastor Amandus mengkritisi kondisi lapangan di dua keuskupan, yaitu Keuskupan Jayapura dan Timika.

“Sadar atau tidak umat sekalian, ada warga umat kita yang hidup dalam kondisi tidak damai, selalu ada konflik. Yahukimo, itu Keuskupan Jayapura, Intan Jaya, itu Keuskupan Timika, dan setiap kali kita mendengar ada anggota TNI/Polri yang tewas, kadang ada anggota TPN-OPM yang tewas, dan yang paling menyedihkan ada anggota masyarakat sipil yang tidak berdosa, juga tewas. Mereka bukan binatang, mereka manusia yang membutuhkan kasih dan damai,” tegasnya.

Senjata Tidak Menghadirkan Damai

Berangkat dari suasana ini, pesan untuk semua pihak pada Minggu ke-V Paskah, yaitu:

Pesan pertama adalah tolak prinsip keliru bahwa perang membawa damai.

Ia menyebut ada sebuah motto kuno bangsa Romawi, “si vis pacem, para bellum (Kalau Anda Mau Menciptakan Damai, Siaplah untuk Perang).

“Ini salah. Gereja katolik tidak menerima prinsip si vis pacem, para bellum, ingat dalam setiap perang menang jadi arang, kalah jadi debu. Senjata bukan solusi untuk menciptakan perdamaian, ini keliru,” paparnya.

Seberapa banyak pun senjata yang dimiliki TNI/Polri, seberapa banyak senjata yang dimiliki TPN-OPM, ingat senjata tidak menghasilkan damai.

Senjata memusnahkan kasih, ini pendapat gereja katolik. Korban kematian meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi keluarga-keluarga.

“Hei, tentara-polisi yang mati itu punya anak istri ada di sana, luka, luka. TPM/OPM yang mati, mereka juga punya keluarga, dan kematian itu menghadirkan luka, apalagi warga sipil yang tidak berdosa, yang kena entah peluru nyasar atau sengaja di tembak, mereka punya keluarga-keluarga yang sakit di hati karena ada korban,”serunya lagi.

Untuk itu, pertanyaan dari Gereja Katedral untuk bangsa dan negara ini, tidak ada cara yang lebih berbudaya dari pada cara bar-bar yang dipertontonkan selama ini?.

Negara harus Jawab, tentara-polisi harus jawab, TPN/OPM harus jawab, ini pertanyaan dari masyarakat sipil,” lanjutnya.

Pesan kedua adalah damai yang beraroma kasih hanya diperoleh lewat dialog.

Pastor Amandus menyatakan, dialog itu tidak mahal, tidak semahal senjata-senjata yang didistribusi dan diperjualbelikan.

“Dialog tidak semahal itu, dialog itu hanya membutuhkan keterbukaan hati, keterbukaan pikiran, untuk duduk berbicara,” ucapnya.

Maka, seruan kepada kita semua,  petinggi-petinggi negara ini, petinggi TPN OPM, petinggi TNI Polri, ayolah….. berdialog lah, negara yang mengirimkan pasukan ke daerah-daerah konflik berdialog lah, TPN/OPM yang punya aspirasi, mari kita duduk dan berdialog.

“Dialog itu, sekali lagi tidak mahal, tetapi yang mahal itu hanya gengsi, gengsi bahwa kalau berdialog nanti kita dianggap kalah. “Itu pikiran bodok. Nyawa anak-anak bangsa ini telalu mahal untuk digadai, negara tidak boleh mengorbankan prajurit-prajurit yang berjuang hanya karna tidak ada dialog,” katanya.

Negara jangan lagi menambah daftar nama mama-mana janda karena suaminya mati di daerah konflik.

Negara juga jangan lagi menambah daftar nama-nama yatim karena bapaknya gugur di daerah konflik.

“TPN/OPM itu bukan musuh negara, bukan juga teroris seperti yang dikatakan oleh salah seorang petinggi negara ini, mereka adalah rakyat yang protes karena saluran dialog tersumbat.

Tau itu!, sadar itu!, mereka adalah rakyat yang punya aspirasi yang membutuhkan solusi. Ayo, gereja katedral timika menyerukan mari berdialoglah,” pesannya.

Pesan ketiga ia tujukan kepada seluruh umat, para para imam dan dua Uskup di Jayapura dan Timika.

Terjemahkan motto dua Uskup orang asli papua dalam aksi konkret dan nyata, agar motto tersebut tidak tinggal terpampang tanpa makna hanya slogan.

“Ego Vobisccum Sum, ayo…..umat Keuskupan Jayapura, imam imam Keuskupan Jayapura terjemahkan motto uskupmu, hadir bersama mereka yang butuh uluran tangan kasih, khususnya mereka yang menderita di daerah rawan konflik semisal di Yahukimo, itulah ungkapan kasih yang membawa damai,” sambungnya.

“Ego Sum Ostium”, ayo…..umat Keuskupan Timika, imam-imam Keuskupan Timika, terjemahkan motto uskupmu, hadir bersama mereka yang membutuhkan uluran tangan kasih, khususnya mereka yang menderita di daerah rawan konflik semisal di daerah Intan Jaya. Saya sedih mendengar cerita para pastor yang ada di Intan Jaya,” ungkapnya.

Pesan terakhir, Pastor Amandus menyapa dua Uskup Orang Asli Papua, yaitu Mgr. Yanuarius Theofilius Matopai You, dan Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.

“Saya memang imam, tapi saya senior anda berdua, dan dari hati yang paling dalam, saya menyapa anda berdua kuat-kuatlah mengemban tugas rasuli,” harapnya.

Ia juga meminta agar dua Uskup OAP hadir bersama umat seperti Yesus menebarkan kasih dan damai.

Pastor Amandus juga memberi motivasi bahwa kedua Uskup bukan lagi imam, tetapi mereka masuk dalam Kolegium Episcoporum.

“Itu tingkat dunia, maka bunyi di Yahukimo, bunyi Jayapura, bunyi diJakarta, bunyi di Roma. Uskup Timika, bunyi di Intan Jaya, bunyi di Timika, bunyi di Jakarta, bunyi di Roma.

“Posisi anda sangat strategis, maka hantarlah kami umatmu untuk menikmati cinta yang baru diperintahkan Yesus dengan cara damai. Itulah cara gereja katolik, amin,” ujar Pastor Amandus mengakhiri homilinya. (vis)

Jumlah Pengunjung: 10

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |