Gelar Lomba Kerajinan Tangan Kawitok, Noken, dan Mahkota
TIMIKAEXPRESS.ID, TimeX
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) menggelar kegiatan Pembinaan Kesenian Kepada Masyarakat Suku Amungme dengan menggelar lomba kerajinan tangan Kawitok, Noken, dan Mahkota.
Pelaksanaan kegiatan di Hotel Grand Tembaga, Jalan Yos Sudarso, Mimika, Papua Tengah, Senin (19/5/2025), dibuka oleh Wakil Bupati Mimika, Emanuel Kemong.
Hadir pula sejumlah kepala OPD lingkup Pemkab Mimika, Ketua Harian dan Sekretaris Dekranasda Mimika, Ny. Nela Manggara dan Ny.Leentje Siwabessy, serta tamu undangan lainnya.
Adapun kegiatan yang digelar selama empat hari sejak Senin (19/5) hingga Kamis (22/5), bertujuan mengangkat dan melestarikan nilai – nilai budaya serta kearifan lokal di Mimika. Selain itu, menjadi sarana guna meningkatkan keterampilan kerajinan tangan yang berkualitas, sekaligus memperkenalkan atau mempromosikan budaya asli Papua kepada masyarakat luas, sehingga dapat meningkatkan geliat pariwisata maupun perekonomian lokal.
Adapun pelaksanaan kegiatan dengan menghadirikan dua pemateri dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (RI), yaitu Drs. Pustanto, MM, dan Drs. Tubagus Sukmana, M.Ikom, serta perwakilan pemateri dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa), Alfian Karel Kum, juga bertujuan memberikan gambaran terkini tentang obyek kebudayaan paling dasar dalam kehidupan masyarakat setiap hari, yang nantinya dapat dituangkan dalam dokumen daerah sebagai warisan budaya takbenda.
Seperti halnya noken telah diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO pada 4 Desember 2012.
Pengakuan itu bukan hanya untuk tas tradisional Papua, tetapi juga untuk nilai-nilai budaya, filosofi, dan praktik di balik pembuatan dan penggunaan noken.
Yang mana noken dianggap sebagai simbol identitas, kearifan lokal, dan persatuan masyarakat Papua.
Wakil Bupati Mimika, Emanuel Kemong dalam sambutannya, mengatakan keanekaragaman budaya daerah merupakan kekayaan serta identitas yang dapat memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Untuk menjaga, merawat dan melestarikannya, maka perlunya langkah strategis melalui berbagai upaya guna memajukan dan melindungi kebudayaan lewat pembinaan serta pembangunan, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya kebudayaan daerah.
“Gelar lomba kerajinan tangan ini termasuk salah satu upaya strategis yang mencerminkan kekayaan budaya, sekaligus meningkatkan keterampilan masyarakat asli Mimika,” katanya.
Ia menyebut kegiatan ini sebagai wujud pembinaan kesenian dalam upaya melestarikan warisan budaya, agar terus dilestarikan dan tidak punah.
Tentu pemerintah selalu mengapresiasi dan akan terus memberikan dukungan, sehingga adat dan budaya suku asli Amungme di wilayah ini dapat ditampilkan secara terus-menerus di berbagai event,baik lokal, nasional, maupun event internasional.
“Tentunya pemerintah bersama lembaga adat akan terus berkolaborasi, sebab ada pepatah mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai adat dan budayanya,” serunya.
Emanuel kerap ia disapa pun berharap lomba kerajinan tangan yang digelar ini dapat menjadi ajang untuk belajar, berbagi pengalaman, bahkan mendorong kreativitas serta inovasi, sehingga menghasilkan kerajinan tangan lokal yang memiliki nilai jual.
Sementara Kepala Disparbupora Mimika, Elisabeth Cenawatin mengatakan lomba kerajinan tangan yang diikuti 12 sanggar seni, baik binaan Disparbudpora maupun Lemasa, dapat menggali potensi serta kreativitas.
“Jadi, dari 12 sanggara yang berpartisipasi, enam sanggar merupakan binaan Disparbudpora, dan enam lainnya binaan Lemas,” tandasnya.
Sementara Ketua Panitia Kegiatan dan Lomba, Santy Sondang menjelaskan lomba kerajinan tangan berupa Kawitok, Noken dan Mahkota, ini dibuat dan diselesaikan oleh para peserta hanya dalam waktu tiga hari.
‘’Nanti di hari keempat akan dilakukan penilaian sekaligus pengumuman pemenang oleh dewan juri,’’ ujarnya.
Adapun peserta lomba dari masing-masing kelompok berjumlah tujuh orang, meliputi dua orang pendamping, serta lima orang peserta adalah generasi muda yang akan merawat dan terus melestarikan budaya lokal setempat. (eno)
Jumlah Pengunjung: 3