MENINGGAL DUNIA – Nonince Mimin, soerang anak usai 14 tahun meninggal dunia di hutan tanpa pertolongan medis pada 12 Juni 2025 lalu setelah mengungsi akibat kontak tembak yang terjadi antara aparat gabungan TNI-Polri dengan KKB (FOTO: ISTIMEWA/TIMEX)
JAYAPURA, TIMIKAEXPRESS.id – Pendeta (Pdt) Jimmy Koirewoa menyoroti potret darurat kemanusiaaan dari dampak kontak senjata antara aparat gabungan TNI-Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang sampai saat ini masih terus terjadi.
Pdt. Jimmy yang juga Ketua Departemen Hukum dan HAM Gereja Injili di Indonesia (GIDI), menyebut dampak yang terjadi, kini delapan warga sipil asli Papua meninggal dunia di Distrik Oksop, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Berikut nama-nama korban meninggal dunia sesuai laporan GIDI per 18 Juni 2025, yaitu:
1. Hef Kasipka (68), seorang hamba Tuhan, diduga diculik dan dihilangkan oleh oknum aparat di Kampung Ngotok Pom pada 5 Maret 2025.
2. Paulina Lepki (56), meninggal pada 25 Desember 2024 setelah mengungsi ke hutan.
3. Poropina Kalka (69), meninggal dunia pada 7 Januari 2025 akibat kondisi pengungsian yang tidak layak.
4. Lokana Sasaka (54), meninggal pada 23 Januari 2025 karena sakit berat di pengungsian.
5. Ronal Mimin (20), meninggal pada 10 April 2025 karena tidak mendapat perawatan medis.
6. Ateli Mimin (57), meninggal pada 8 Februari 2025 dengan riwayat sakit yang tidak tertangani.
7. Rastin Mol Peya Mimin (7), meninggal pada 4 Mei 2025 di hutan akibat sakit.
8. Nonince Mimin (14), meninggal pada 12 Juni 2025 tanpa pertolongan medis saat mengungsi bersama orang tuanya di hutan.
Dalam laporan resmi, GIDI menyoroti bahwa kematian para korban terjadi akibat konflik bersenjata dan kondisi pengungsian yang tidak layak sejak akhir 2024 lalu.
“Ini bukan sekadar catatan kematian, ini adalah potret darurat kemanusiaan yang terus berlangsung. Kami desak negara untuk segera tarik pasukan dari wilayah sipil dan membuka akses kemanusiaan,” serun Pdt. Jimmy.
Ia menyebut, situasi yang terjadi mengharuskan segeea dilakukan pendekatan damai dan berkeadilan dalam menyelesaikan konflik di Papua yang sudah puluhan tahun terjadi dan berlangsung.
“Kami tegaskan bahwa konflik tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan bersenjata. Negara harus hadir dengan hati nurani, bukan senjata,” tegas Pdt. Jimmy.
Lebih lanjut, Pdt. Jimmy, atas nama keadilan dan martabat manusia, GIDI menyerukan tiga poin penting, yakni:
1. Penarikan pasukan militer dari kawasan sipil.
2. Pembukaan akses kemanusiaan dan medis oleh lembaga independen.
3. Perlindungan terhadap warga sipil, khususnya perempuan, anak-anak, dan Lanjut Usia (Lansia).
Ia pun berharap situasi yang terjadi jangan sampai semakin banyak warga sipil jadi korban, termasuk anggota TNI-Polri.
“Mari bangun dialog terhadap rekonsiliasi Papua tanah damai,” demikian Pdt. Jimmy. (tim)
Jumlah Pengunjung: 36