‘Dari “Parate Viam Domini” Diteruskan “Ego Sum Ostium” Mimika Bersuka Cita

2 days ago 9

TIMIKAEXPRESS.id – Umat Katolik se-Keuskupan Timika, juga Indonesia bahkan dunia pada hari ini, Rabu (14/5/2025) bersuka cita atas tahbisan episkopal Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA sebagai Uskup Timika.

Duta Besar (Dubes) Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo yang akan menahbiskan Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA untuk melanjutkan estafet penggembalaan umat Keuskupan Timika sepeninggal Mgr. John Philip Saklil, Pr.

Penantian panjang setelah enam tahun, enam bulan dan delapan hari setelah berpulangnya Mgr. John Philip Saklil, Pr, pada Sabtu, 3 Agustus 2019 lalu, kini mengobati iman serta harapan umat Katolik se-Keuskupan Timika.

Suka cita dan kebahagiaan itu setelah Paus Fransiskus pada 8 Maret 2025 secara resmi  mengumumkan Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA sebagai Uskup Timika terpilih.

Estafet penggembalaan umat kini akan diteruskan oleh Mgr. Bernardus, Uskup kedua Timika.

Sebagai Uskup dan pelayan umat, Mgr. John Saklil adalah sosok  pejuang keadilan untuk Papua.

Misi suci mendiang John Saklil belum finish.

Ia menghadap Sang Khalik pada Sabtu, 3 Agustus 2019, disaat terik matahari mengubah suasana menjadi teduh dan hening.

Sang Gembala Pertama Keuskupan Timika, yang ditahbiskan menjadi Uskup pada 18 April 2004 silam itu berpulang.

Ia juga dikenal dan dikenang sebagai pejuang hak-hak Orang Asli Papua (OAP) lewat Gerakan Tungku Api.

15 tahun, 107 hari menjabat sebagai Uskup, mendiang John Philip Saklil juga merupakan pembela martabat orang kecil dan marginal, serta pejuang keadilan dan kebenaran.

Semangat spiritual kegembalaannya lewat motto tahbisan, “Parate Viam Domini” yang artinya Siapkan Jalan Tuhan (Matius 3:3), merupakan suatu seruan kenabian yang ditujukkan kepada semua orang, terutama seluruh yang terlibat di Keuskupan Timika untuk bertobat, menyiapkan diri, membersihkan hati, supaya diselamatkan oleh Tuhan.

Uskup John Philip menyadari sebagai Uskup Perintis jalan baru bagi Tuhan di tanah Amungsa bumi Kamoro, bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang.

Untuk itu dalam mewujudkan motto “Parate Viam Domini”, Uskup John menganut gaya – strategi “Pastoral Gembala Baik”.

Strategi Pastoral gembala baik bukan dirumuskan dalam teori-teori tetapi dihayati dalam tindak pelayanan konkrit di tengah umat.

Gaya pastoral gembala baik bertumbuh dan dibesarkan dalam karya pelayanan di tengah umat.

Uskup John adalah seorang putra Kokonao yang Lahir dan dibesarkan dalam budaya masyarakat Komoro, sehingga ia mengenal baik denyut nadi kehidupan sosial-budaya, jasmani maupun rohani masyarakat Suku Amungme Komoro, bahkan Papua umumnya.

Semasa menggembalakan umat, Uskup John Sakil telah berdiri dipihak umatnya dan ikut mengalami batas kemampuan umatnya serta menghirup gairah kehidupan umatnya yang masih merana di tengah kemiskinan yang mendera.

Cara keterlibatannya ini dapat dimaknai sebagai pola untuk membumikan “Parate Viam Domini” agar cahaya yang terpancar di wajah Kristus membawa terang dalam kegembiraan dan harapan, kesusahan dan kecemasan semua umat manusia di Bumi Amungsa pada khususnya dan tanah Papua pada umumnya.

Terang kegembiraan melalui semangat iman “Parate Viam Domini” akan diteruskan oleh Mgr. Bernardus melalui kekuatan iman melalui motto tahbisan, “Ego Sum Ostium”, yang artinya Akulan Adalah Pintu (Yoh. 9:10).

Motto ini merujuk pada Yesus Kristus, yang dianggap sebagai pintu menuju keselamatan dan kehidupan kekal bagi umat manusia.

“Aku adalah pintu”. Barangsiapa masuk oleh Aku, ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput”.

Motto ini menjadi simbol dari peran Yesus sebagai jalan, kebenaran, dan hidup, serta sebagai sumber keselamatan dan kehidupan kekal bagi orang percaya.

“Ini motto tahbisan imamat Tahun 2021 dan akan saya pakai lagi sebagai motto tahbisan Uskup,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Pastor Bernardus mengatakan, hal utama yang akan dilakukan di awal kepemimpinannya, yaitu “Mendengarkan”.

“Saya akan bertukar pikiran dan hati untuk mendengarkan semua masukan dari orang tua, senior, para tokoh, para pastor, frater, suster, tokoh perempuan bersama tim pastoral dan dewan harian dalam Sinode Keuskupan,” pungkasnya.

Berkaitan dengan konflik di Papua, Pater Bernard menekankan dialog damai sebagai upaya penyelesaian konflik di Papua, seperti yang pernah diterapkan di Aceh.

Sejalan dengan itu, pemerintah mempertimbangkan pemberian amnesti kepada tahanan terkait organisasi bersenjata di Papua sebagai langkah menuju solusi damai.

Dalam kesempatan lain, ia juga menyoroti bahwa anak-anak Papua menjadi korban terlupakan dalam konflik bersenjata.

Mereka mengalami trauma dan kehilangan keluarga, sehingga diperlukan adanya gencatan senjata serta dialog damai guna kehidupan generasi muda Papua yang aman dan sejahtera.

Dalam pandangan Pater Bernard yang ditulisnya pada 2024 lalu, ia menggambarkan Papua sebagai wilayah yang mengalami pergeseran dari pendekatan pembangunan berbasis kesejahteraan dan keadilan bagi Orang Asli Papua, menuju kebijakan yang lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi dan politik, sehingga sering kali mengabaikan hak-hak masyarakat adat.

Ia turut serta dalam pernyataan bersama para imam yang berkarya di tanah Papua pada November 2021, yang berpandangan bahwa kemeriahan Pekan Olahraga Nasional 2021 telah menutupi penderitaan umat di wilayah Nduga, Kiwirok, Puncak, Maybrat, dan Intan Jaya.

Mereka mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang dihadapi oleh masyarakat di daerah-daerah tersebut.

Penggembalaan Uskup Keuskupan Timika diharapkan semakin banyak orang dapat menemukan Kristus lewat pintu atau jalan keselamatan di dalam Gereja.

Biografi Mgr. Bernardus Perjalanan Hidup dan Pendidikan

Pastor Bernardus Bofitwos Baru, OSA lahir di Kampung Suswa, Distrik Mare, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya pada 22 Agustus 1969.

Kini Pastor Bernardus kerapa ia disapa menginjak usia 56 tahun.

Pastor Bernardus merupakan anak kelima dari delapan bersaudara, buah hati pasangan Awitaya Amos Baru (almarhum) dan ibu Bohoato Salomina Bame (almarhumah).

Ia memulai pendidikannya di SD YPPK (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik) Suswa. Ia kemudian melanjutkan ke SMP YPPK Santo Don Bosco di Kabupaten Fakfak, sehingga ia meninggalkan Suswa dengan perjalanan udara pada Juni 1984. Pendidikan tingkat SMA dijalaninya di SMA YPPK Agustinus, Kota Sorong.

Pada tahun 1990, Bernardus melanjutkan studi ke Institut Pastoral Indonesia (IPI) Filial Malang di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di sana, ia menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga pada tahun 1995. Ia kemudian meneruskan pendidikannya ke jenjang S-1 di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur di Abepura, Jayapura, dan lulus pada tahun 1999.

Bernardus bergabung dengan Ordo Santo Agustinus (OSA) dan mengikrarkan kaul pertama pada tahun 2001.

Pendidikan dalam bidang teologi ia laksanakan di Universitas Kepausan Urbaniana, Roma, sejak tahun 2002 hingga selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2005, ia mengikrarkan kaul kekal di Nijmegen, Belanda. Ia menerima tahbisan diakon di Roma pada 4 April 2006, sebelum ditahbiskan menjadi seorang imam Agustinian pada 30 Juli 2006.

Karya

Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia kembali bertugas sebagai Magister Novis dalam komunitas Biara OSA Tagaste di Sorong, yang ia telah mulai sejak tahun 2005 dan ia jalani hingga tahun 2007.

Pada periode yang sama, ia juga menerima penugasan sebagai Konselor Delegasi Papua-Indonesia (2006–2008), serta Anggota Dewan Konsultores Keuskupan Manokwari-Sorong (2006–2012). Ia juga aktif sebagai pembina kaum muda dan mahasiswa Katolik asal Kabupaten Maybrat yang ada di Yogyakarta.

Pada tahun 2008, ia diangkat sebagai Superior Delegasi Papua-Indonesia, posisi yang diembannya hingga tahun 2014.

https://id.wikipedia.org/wiki/Bernardus_Bofitwos_Baru – cite_note-rin-3Pada tahun 2010, ia menjadi Prior Komunitas Biara Tagaste di Sorong hingga 2014, sebelum kembali memegang jabatan yang sama pada periode 2018–2023.https://id.wikipedia.org/wiki/Bernardus_Bofitwos_Baru – cite_note-rin-3

Dalam bidang akademik, Pater Bernardus aktif mengajar di Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPK) Santo Benediktus Sorong (2007–2012). Ia juga menjadi staf pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur di Abepura, Jayapura.

Pastor Bernardus pun pernah menjabat sebagai Superior Ordo Santo Agustinus Keuskupan Manokwari-Sorong selama dua periode (2010-2012).

Pater Bernardus menjalani pendidikan doktoral dalam bidang misiologi di Universitas Kepausan Urbaniana, Roma, sejak tahun 2014 hingga selesai pada tahun 2018.

Ia menulis disertasi dengan judul Traditional ritual symbols in youth initiation and religious beliefs among the Maybrat of West Papua: A missiological study.

Sejak tahun 2021, ia menjabat sebagai Konselor Vikariat Agustinian di Papua, Indonesia.

Pada 25 Januari 2023, ia diangkat sebagai Direktur Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura, Jayapura.

Selain dalam bidang pendampingan para calon imam dan sebagai pendidik, Pater Bernardus juga aktif dalam berbagai organisasi sosial, terutama dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki perhatian pada pengembangan budaya Papua, hak-hak masyarakat adat, serta kampanye perlindungan hutan dan ekologi.https://id.wikipedia.org/wiki/Bernardus_Bofitwos_Baru – cite_note-mirifica-2

Ia juga pernah mengemban tugas sebagai Direktur Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Ordo Santo Agustinus di Vikariat Papua. (*/vis/wikipedia)

Jumlah Pengunjung: 5

Read Entire Article
Sumut Bermartabat| Timika Hot | | |