TERTUTUP – Tampak pagar yang merupakan akses masuk ke lingkungan Pasar Sentral, ditutup oleh pedagang pada Minggu (8/12/2024) (FOTO: IST/TIMEX)
TIMIKAEXPRESS.id – Puluhan pedagang menutup paksa pintu pagar yang merupakan akses ke dalam area Pasar Sentral pada Minggu (8/12).
Aksi pedagang ini dipicu rasa emosi akibat sebagian pedagang masih berjualan di parkiran gedung Blok A 2, tepatnya pada sisi kiri kanan jalan masuk ke pasar.
Sempat terjadi ketegangan, namun akhirnya berhasil diredam oleh sejumlah aparat keamanan yang hadir di tempat kejadian.
DIketahui, sehari sebelumnya, kubuh antara padagang pakaian yang beroperasi di gedung Blok B telah melakukan mediasi dengan para pedagang yang mendapat kesempatan berjualan obralan di Pasar Minggu di parkiran gedung Blok A2.
Mediasi yang dilaksanakan pada Sabtu (7/12) tersebut belum menemukan titik terang, dikarenakan pengambil kebijakan dalam hal ini Disperindag selaku pengelola Pasar Sentral tidak hadir.
Karena itu para pedagang sepakat untuk melanjutkan mediasi pada Senin (9/12).
Sayangnya belum ada keputusan pasca pertemuan, pedagang obral sudah beroperasi kembali pada Minggu (8/12) hal ini kemudian menyulut emosi padagang dari Blok B dan langsung menutup pagar pasar.
Gesekan antar kedua kubuh pedagang ini dipicu oleh kecemburuan kubuh pedagang Blok B, yang merasa dirugikan dengan hadirnya obralan setiap hari Minggu itu.
Pasalnya dalam tiga bulan terakhir, sejak beroperasinya pasar minggu tersebut sangat berdampak terhadap pendapatan para pedagang.
H Ronal, salah seorang pedagang pakaian dari Blok B, saat ditemui Timika eXpres di pintu masuk Pasar Sentral pada MInggu (8/12) menuturkan, pemerintah tidak adil terhadap para pedagang di pasar, karena sebagian pedagang mendapat perhatian sementara yang lainnya tidak dipikirkan.
Seperti puluhan pedagang yang berada di Blok B, akhir-akhir ini hampir tidak mengantongi omzet.
Sedangkan sebagian pedagang yang juga memiliki kios dan lapak di dalam pasar diberikan kesempatan membuka lapak obral di pintu masuk.
Kata dia, sebelumnya para pedagang memang mendukung kebijakan Disperindag untuk membuka lapak obralan, guna menghidupkan dua gedung di depan pasar, yakni Blok A1 dan Blok A 2, namun ini sudah berlangsung lama, dan kenyataannya dua gedung ini juga masih sepi dari aktivitas pedagang maupun masyarakat.
Oleh karena itu ia berharap agar pemerintah mengembalikan pedagang seperti sedia kala, dan menutup pasar obralan yang selama ini beroperasi.
Hal senada juga disampaikan oleh pedagang lainnya, Aulia (35). Kepada Timika eXpress ia mengungkapkan, sebaiknya pemerintah jika ingin membuka pasar obral bagi pedagang, jangan di dalam lingkungan pasar, tetapi diluar pasar.
Agar tidak mengganggu pedagang yang memang hanya berjualan di kios atau lapak yang disediakan oleh pemerintah.
Sementara itu, para pedagang obral yang ditemui Timika eXpress di hari yang sama menturkan, sebelumnya memang ada peertemuan bersama, namun belum ada keputusan apakah pasar obral dihentikan atau tidak.
“Kalau sebelumnya pemerintah yang izinkan beroperasi, maka pemerintah juga yang harus memutuskan untuk menghentikan, sehingga fair,” ungkap salah satu pedagang yang tidak ingin namanya disebut.
Kata dia, pasar obral yang dilakukan pedagang setiap minggu juga adalah jawaban aspirasi pedagang, karena selama ini sangat sepi pengunjung.
Oleh sebab itu obralan tersebut tujuannya tidak hanya membantu pedagang untuk memperoleh omset sekali dalam seminggu tetapi juga membantu menghidupkan aktivitas pasar.
Sebab obralan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Lagipun menurut dia, obralan ini memiliki pangsa pasar sendiri, karena tidak semua orang punya minta berbelanja di obral.
Oleh karena itu, dirinya mengembalikan hal ini kepada pemerintah, agar mengambil kebijakan yang adil bagi semua pedagang, salah satunya dengan menata pasar yang lebih baik.
Menurut dia, selama ini Pasar Sentral memang terbilang sepi pengunjung dibandingkan dengan pasar lain yang di luar.
Misalnya saja, aktivitas eks Pasar Swadaya, jauh lebih ramai.
Sedangkan sebagaimana diketahui Pasar Swadaya bukan lagi pasar resmi, alias tidak diakui oleh pemerintah.
Oleh karena itu, jika pemerintah memang ingin menghidupkan Pasar Sentral, maka sebaiknya pemerintah menyatukan pedagang di Pasar Sentral.
Sementara itu, sekitar Pukul 11.00WIT, para pedagang Blok B, tampak melakukan pertemuan dengan Kepala Pasar Sentral dan Badan Musyawarah (Bamus) Pasar terkait persoalan tersebut.
Dalam pertemuan tersebut juga belum ada keputusan yang pasti mengenai nasib para pedagang obral maupun pedagang Blok B.
Pasalnya, pertemuan akan dilaksanakan hari ini Senin (9/12) untuk pengambilan keputusan dengan menghadirkan Kepala Disperindag Mimika.
Karena para pedagang sudah sering menyampaikan keluhan namun tidak mendapat jawaban yag memuaskan, dikarenakan pengambil kebijakan tidak pernah hadir. (jet)
Jumlah Pengunjung: 64