MUAT – Konsentrat hasil tambang PT Freeport Indonesia sedang dimuat ke kapal di Portsite PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah, Kamis (12/12/2024) untuk dikirim ke smelter. (ANTARA/Agus Salim)
JAKARTA,TIMIKAEXPRESS.id – PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan penyesuaian produksi konsentrat di tingkat hulu dikarenakan kapasitas penyimpanan konsentrat di PTFI sudah penuh.
“Penyesuaian produksi di hulu terpaksa dilakukan karena saat ini kapasitas penyimpanan konsentrat PTFI, baik di Amamapare, Papua Tengah maupun di smelter PTFI, Gresik, Jawa Timur sudah penuh,” ujar VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Pernyataan tersebut sekaligus mengonfirmasi pernyataan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno yang menyampaikan PT Freeport Indonesia (PTFI) mengurangi produksi tambang konsentrat tembaga menjadi 60 persen dari kapasitas produksinya.
Sebelumnya, Tri menjelaskan bahwa pengurangan produksi tersebut dikarenakan tempat penyimpanan konsentrat tembaga atau stockpile sudah melebihi kapasitas yang tersedia.
Konsentrat yang melebihi kapasitas penyimpanan tersebut disebabkan oleh izin ekspor konsentrat tembaga yang tak kunjung diberikan oleh pemerintah.
Izin ekspor konsentrat tembaga telah berakhir sejak 31 Desember 2024. Akan tetapi, pada Oktober 2024, terjadi kebakaran yang menimpa unit pengolahan asam sulfat milik smelter Freeport di Gresik.
Insiden tersebut menyebabkan Freeport belum bisa melakukan produksi lantaran operasional milik Freeport di Gresik terhenti sementara waktu. Hal tersebutlah yang melandasi Freeport mengajukan perpanjangan ekspor ke pemerintah.
Tri menyampaikan bahwa hingga saat ini, pemerintah belum memberi izin ekspor konsentrat kepada Freeport, karena baru merampungkan proses investigasi atas smelter yang terbakar.
Berdasarkan hasil investigasi tersebut, Tri menyampaikan bahwa tidak ada unsur kesengajaan.
“Kalau ada kesengajaan, asuransi dia nggak cair. Itu kan diasuransikan,” ujar dia pula.
Smelter yang mengalami kebakaran tersebut direncanakan mulai beroperasi kembali pada Juli, dan secara bertahap akan meningkat hingga mencapai 100 persen pada Desember 2025.
Akan tetapi, Tri belum memastikan apakah izin ekspor konsentrat tembaga akan diberikan setelah perbaikan smelter tersebut selesai.
“Pokoknya masih dalam proses,” kata Tri. (ant)
Jumlah Pengunjung: 4