Sumuthariini.com | Medan, Sejarah tentang rumah dinas Wali Kota (burgemeester) Medan dapat dirunut dari peta Kota Medan. Berdasarkan peta Kota Medan tahun 1925, 1935 dan 1945, terdapat tiga lokasi rumah dinas. Sebagaimana terlihat dari peta Kota Medan tahun 1925, rumah dinas Wali Kota Medan yang pertama terletak di Jalan Diponegoro (dulu Mangga-Laan), persisnya di atas lahan Sun Plaza sekarang.
“Setelah kawasan Polonia baru (nieuw Polonia) dikembangkan pada akhir tahun 1920-an, kemudian pada pertengahan 1930-an, kediaman resmi Wali Kota berpindah dari Jalan Diponegoro/ Manggalaan ke arah Selatan, persisnya di posisi tusuk sate antara Manggalaan dan Sultan Ma’moen Alrasjidweg (posisi rumah dinas yang sekarang ini),” ungkap Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Medan, OK Zulfani Anhar, Kamis (17/4).
Namun, lanjut OK Zulfani, tidak diketahui mengapa pada peta Kota Medan tahun 1945, rumah dinas Wali Kota Medan berpindah posisi ke sebelah Timur yang sekarang ini rumah dinas Pangdam I Bukit Barisan (Jalan Jenderal Sudirman Nomor 33). Hipotesa pada waktu itu, rumah dinas Wali Kota Medan ditempati oleh pemerintah kekaisaran Jepang yang sedang berkuasa di Sumatera Timur pada waktu itu.
“Dan pada tahun 1952 berpindah kembali ke rumah dinas yang sekarang ini. Rumah ini dipakai sebagai rumah dinas resmi Wali Kota Medan sampai sekarang. Awalnya bangunan ini dibangun pada tahun 1930 sebagai villa milik pejabat Hindia Belanda. Rumah ini didesain dengan karakteristik rumah atau villa untuk orang Eropa,” jelas OK Zulfani.
Lebih lanjut OK Zulfani menjelaskan, di rumah dinas Wali Kota Medan yang sekarang ini, terdapat rumah di bagian belakang yang sering digunakan sebagai area untuk pembantu, supir dan gudang. Rumah belakang ini sebahagian masih ada, tapi yang sebelah Jalan Wali Kota sudah dirubuhkan. Beberapa penambahan telah dibuat pada halaman belakang rumah ini tanpa mengganggu bangunan aslinya.
“Pada awalnya, konsep rumah villa dilengkapi dengan back house yang berfungsi sebagai area servis masih terlihat di rumah dinas Wali Kota Medan ini. Penerapan arsitektur eropa dan penyesuaian terhadap iklim tropis lembab terlihat dari atap bangunannya. Atapnya berbentuk limas dengan ventilasi (dormer) berbentuk kurva pada bagian depan. Terdapat bukaan yang cukup besar di sepanjang dindingnya yang dilindungi dengan overstek yang cukup lebar untuk mengantisipasi radiasi matahari masuk ke dalam ruangan serta tempias air hujan,” sebut OK Zulfani.
Masih kata OK Zulfani, rumah ini dibangun dengan plafon yang tinggi dan ditutup oleh atap dengan kemiringan yang melandai pada bagian bawahnya. Pintu masuknya ditandai oleh teras (porch) dengan pilar. Lantainya diangkat agak tinggi. Elemen-elemen ventilasi udaranya di adaptasi oleh ornamen pada rumah tradisional Melayu Deli.
“Saat ini rumah dinas Wali Kota telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Medan No 51/B/TACB/Tap/I/2021, dikarenakan memiliki sejarah panjang perjalanan peradaban Kota Madan,” pungkasnya.Red
Editor : Ikhsan
Post Views: 14